JAKARTA – Festival Bedhayan tahun ini kembali digelar di Gedung Kesenian Jakarta. Penyelenggaraan festival tahunan kali kelima ini merupakan kolaborasi antara Laskar Indonesia Pusaka, Jaya Suprana School of Performing Arts, Swargaloka, dan Kementerian Kebudayaan RI.
Menbud Fadli Zon mengapresiasi penyelenggaraan festival budaya ini, karena Tari Bedhaya merupakan intangible cultural heritage (warisan budaya takbenda) yang menurutnya memerlukan pelestarian dan pengembangan kreasi.
Festival Bedhayan merupakan perhelatan rutin sekaligus bentuk perayaan luhur atas warisan seni budaya Nusantara yang sarat akan makna, nilai spiritual, serta filosofi kehidupan.
Dalam festival ini, kita tidak hanya menyaksikan keindahan gerak tari, tetapi juga menyelami kedalaman nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur bangsa.
Panca Utsava Bedhayan, tema utama festival tahun ini, menandai penyelenggaraan Festival Bedhayan ke-V yang mengangkat lima elemen utama dalam seni Bedhayan, yakni estetika gerak, kesakralan makna, ketertiban irama, keseimbangan rasa, dan keluhuran jiwa.
Kelima unsur tersebut merupakan refleksi dari keharmonisan antara tubuh, jiwa, dan alam semesta, yang menjadi inti dari budaya Jawa dan sekaligus mencerminkan prinsip hidup bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kearifan lokal.
Menbud Fadli dalam sambutannya menyampaikan Tari Bedhaya merupakan tarian yang sangat penting, penuh dengan makna filosofis. Dirinya mengutip Jaya Suprana yang mengatakan bahwa ini adalah sebuah perayaan dari jiwa spiritual dan sarat dengan makna, etika, estetika, dan juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Menurutnya, Tari Bedhaya memiliki riwayat sangat panjang. Terlebih sekarang telah ada upaya untuk menyelenggarakan Festival Bedhaya yang ditambah dengan pengembangan kreasi baru, tentu juga merupakan bagian dari upaya pelestarian.
"Upaya pelestarian tidak cukup hanya melestarikan yang lama saja, tetapi juga harus ada inovasi-inovasi baru, kreasi baru, adaptasi baru. Di situlah salah satu bentuk pengembangan budaya," katanya.
"Kementerian Kebudayaan akan terus mendukung, juga bersama komunitas Bedhaya, ke depan apa yang bisa kita lakukan lebih besar lagi, dan bagaimana supaya festival ini bisa sustainable, bisa berlanjut terus, dan bisa semakin memajukan budaya Indonesia, khususnya di bidang tari klasik maupun tari yang mendapatkan sentuhan kreasi," tutur Menbud.
Sejalan dengan Menbud Fadli, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Arifatul Choiri Fauzi menyambut baik pagelaran yang menurutnya kesempatan yang luar biasa, karena ternyata masih banyak yang mencintai kebudayaan Indonesia.
"Ini adalah apresiasi yang luar biasa, terutama di tengah gempuran budaya dari luar yang mulai menggerus nilai-nilai tradisi kita," ucapnya.
"Saya agak sedih ketika beberapa kali datang ke sekolah-sekolah terkenal dan meminta siswa menyebutkan tiga nama pahlawan perempuan nasional serta tiga nama pahlawan laki-laki nasional. Dari tujuh hanya satu yang berhasil. Menurut saya, ini cukup memprihatinkan," ujarnya.
"Karena itu, kita perlu kembali mengenalkan kepada anak-anak bahwa Indonesia ini luar biasa, dan kebudayaannya juga luar biasa," tutupnya.
Ketua Umum Festival Bedhayan 2025 Aylawati Sarwono turut menyampaikan jika selama lima tahun terakhir, Festival Bedhayan telah menjadi wadah inspiratif bagi seniman, budayawan, akademisi, hingga generasi muda dalam menggali nilai-nilai filosofis, simbolis, dan spiritual dari tari Bedhayan.
Hadir untuk mendampingi Menteri Kebudayaan, Direktur Warisan Budaya I Made Dharma Suteja. Festival ini turut dihadiri oleh Duta Besar Federasi Rusia Sergei Gennadievich Tolchenou, Duta Besar Kerajaan Kamboja Tean Samang, serta Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan Besar India Bijay Selvaraj.
Hadir pula Wakil Kepala Perwakilan dan Sekretaris Kelima Kedutaan Besar Republik Demokratik Rakyat Laos Phonekeo Sakdavong dan Vonekham Singkham Vongsa dan Duta Besar Pakistan Zahid Haffez Chaudhri.
Festival Bedhayan menghadirkan penampilan dari lima belas sanggar tari yang membawakan karya-karya tari klasik Jawa. Selain itu, terdapat pertunjukan tamu spesial Tari Enggang, serta pameran produk UMKM dan hasil karya para perajin lokal.
Helatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian seni tari klasik Jawa, khususnya Bedhayan, yang diakui sebagai salah satu mahakarya budaya Nusantara. Diharapkan eksistensi Bedhayan semakin kokoh di tengah masyarakat modern, terutama di hati generasi muda.
(Agustina Wulandari )