Kedekatan Gen Z dengan dompet digital dan layanan paylater menjadi fenomena tersendiri. Di satu sisi, fitur ini dinilai praktis dan memberikan keleluasaan. Namun, jika tidak dikontrol dengan baik, penggunaan berlebihan dapat menimbulkan risiko finansial jangka panjang.
Menariknya, sebagian besar Gen Z justru memanfaatkan fitur-fitur ini untuk membantu mereka mengatur keuangan. Mereka menetapkan batas pengeluaran bulanan, memanfaatkan promo cashback, dan menggunakan fitur analitik pengeluaran sebagai alat kontrol agar tidak boros.
Selain menabung, Gen Z juga mulai menjajaki dunia investasi. Namun, pendekatan mereka berbeda. Alih-alih langsung masuk ke pasar saham atau properti, banyak yang memilih investasi yang selaras dengan minat pribadi, seperti mengoleksi sneakers, photocard K-pop, atau action figure.
Beberapa lainnya bahkan membangun bisnis kecil berbasis hobi, seperti menjual kerajinan tangan (handmade craft) atau produk fesyen bekas (secondhand fashion).
Gen Z merupakan generasi yang haus akan informasi dan cepat beradaptasi, terutama melalui media sosial. Banyak dari mereka yang mulai memahami istilah seperti emergency fund, financial freedom, dan net worth dari konten-konten edukatif yang dibagikan oleh influencer keuangan di platform seperti TikTok, YouTube, dan X (Twitter).
(Kurniasih Miftakhul Jannah)