GAYA unik Gen Z dalam mengatur finansial yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi Z atau yang lebih akrab disebut Gen Z, dikenal sebagai generasi yang melek teknologi dan kreatif dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam hal finansial.
Meski kerap dicap boros akibat gaya hidup yang cenderung konsumtif dan mengusung prinsip “YOLO” (You Only Live Once), nyatanya Gen Z memiliki cara unik dalam mengelola keuangan mereka. Bahkan, tidak jarang pendekatan yang mereka lakukan justru lebih adaptif dan efisien dibandingkan generasi sebelumnya.
Berbeda dari generasi milenial yang identik dengan tabungan konvensional dan investasi jangka panjang, banyak anggota Gen Z memilih metode pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel dan personal. Beberapa di antaranya mencatat pengeluaran harian melalui aplikasi digital, membuat template anggaran (budgeting template) yang estetik di TikTok, hingga menabung lewat fitur e-wallet dan berbagai layanan keuangan digital lainnya.
Menurut studi terbaru dari Cheil Indonesia, sebanyak 73% Gen Z di Indonesia lebih memilih pola konsumsi yang sadar (mindful spending) ketimbang mengikuti gaya hidup FOMO (fear of missing out). Mereka cenderung mengkurasi pengeluaran berdasarkan nilai dan manfaat, bukan semata-mata berdasarkan tren.
Survei dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa 72% responden Gen Z (usia 18–29 tahun) secara rutin menyisihkan sebagian penghasilan mereka untuk ditabung, meski mayoritas masih menggunakan rekening tabungan dasar. Menariknya, banyak di antara mereka yang menciptakan jurnal keuangan pribadi yang bersifat visual dan estetik lengkap dengan stabilo warna-warni, stiker, serta tata letak yang menarik secara visual sebagai bentuk motivasi dalam memantau dan mengatur keuangan.
Selain itu, fitur-fitur keuangan digital seperti e-wallet, goal saver, dan auto-debit menjadi pilihan populer karena kemudahannya dan kemampuannya membantu disiplin finansial.
Kedekatan Gen Z dengan dompet digital dan layanan paylater menjadi fenomena tersendiri. Di satu sisi, fitur ini dinilai praktis dan memberikan keleluasaan. Namun, jika tidak dikontrol dengan baik, penggunaan berlebihan dapat menimbulkan risiko finansial jangka panjang.
Menariknya, sebagian besar Gen Z justru memanfaatkan fitur-fitur ini untuk membantu mereka mengatur keuangan. Mereka menetapkan batas pengeluaran bulanan, memanfaatkan promo cashback, dan menggunakan fitur analitik pengeluaran sebagai alat kontrol agar tidak boros.
Selain menabung, Gen Z juga mulai menjajaki dunia investasi. Namun, pendekatan mereka berbeda. Alih-alih langsung masuk ke pasar saham atau properti, banyak yang memilih investasi yang selaras dengan minat pribadi, seperti mengoleksi sneakers, photocard K-pop, atau action figure.
Beberapa lainnya bahkan membangun bisnis kecil berbasis hobi, seperti menjual kerajinan tangan (handmade craft) atau produk fesyen bekas (secondhand fashion).
Gen Z merupakan generasi yang haus akan informasi dan cepat beradaptasi, terutama melalui media sosial. Banyak dari mereka yang mulai memahami istilah seperti emergency fund, financial freedom, dan net worth dari konten-konten edukatif yang dibagikan oleh influencer keuangan di platform seperti TikTok, YouTube, dan X (Twitter).
(Kurniasih Miftakhul Jannah)