Menjalani Peran Ibu dan Wanita Karier, Ini Tips Sarah Keihl untuk Ibu Muda

Dimas Andhika Fikri, Jurnalis
Sabtu 28 Juni 2025 21:58 WIB
Menjalani Peran Ibu dan Wanita Karier, Ini Tips Sarah Keihl untuk Ibu Muda. (Foto: Dimas Andhika Fikri/Okezone)
Share :

MENJADI ibu adalah anugerah besar, tapi sekaligus juga tantangan yang luar biasa. Tidak sedikit perempuan yang merasa harus memilih antara tetap berkarya atau total mengabdikan diri di rumah. Namun, hal itu tak berlaku bagi Sarah Keihl. 

Di tengah perjalanannya sebagai selebgram dan pengusaha muda, ia memutuskan untuk tetap menjalankan dua peran besar sekaligus sebagai ibu serta wanita karier.

Masa awal menjadi ibu tidak datang dengan mudah. “Baby aku usianya 8 bulan. Challenging banget,” ujar Sarah membuka kisahnya dalam acara bertajuk Evolving Mom & Cozy di JCC Senayan, Sabtu (28/6/2025).

Dia berbicara jujur tentang bagaimana realita menjadi seorang ibu sangat berbeda dari ekspektasi. Tiga minggu setelah melahirkan, ia sudah kembali bekerja. Keputusan yang bagi sebagian orang mungkin terlalu cepat, tetapi bagi Sarah, itu adalah bentuk komitmen terhadap karier yang telah ia bangun sejak lama.

“Awalnya degdegan banget. Emang journey-nya enggak semulus itu, journey-nya cukup panjang,” demikian dia mengungkapkan diri. 

Tidak jarang ia merasa kewalahan, namun ia memilih untuk belajar dari proses itu, menyesuaikan ritme hidup baru, dan menciptakan keseimbangan antara cinta untuk anak dan dedikasi terhadap profesinya.

Bonding Lewat Momen Menyusui

Salah satu cara Sarah memperkuat hubungan dengan bayinya adalah lewat momen menyusui. Momen ini bukan hanya sekadar rutinitas harian, tetapi menjadi waktu paling intim dan penuh makna. 

“Karena kita bisa eye contact. Aku merasakan cinta yang enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ungkapnya. 

Bagi Sarah, menyusui bukan hanya soal memberikan nutrisi, tetapi juga tentang membangun ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Namun, bukan berarti proses itu berjalan mulus. Ia harus menahan rasa sakit, kelelahan, dan kadang tekanan emosional saat memberikan ASI.

“Aku harus menahan sakit karena harus memberikan ASI selama kurang lebih 30 menit,” ucapnya. 

Tapi di balik rasa sakit itu, ada kebahagiaan yang tak tergantikan ketika melihat bayinya tumbuh sehat dan bahagia. Karena kesibukan yang padat, Sarah juga mengandalkan teknologi dalam mendukung perannya sebagai ibu menyusui. Ia memilih alat pumping portable yang praktis dan dilengkapi fitur hands-free. 

"Alat pumping itu membantu banget apalagi saat kita lagi jalan atau kerja, jadi bisa multitasking. Biasanya aku sisipkan waktu 2 jam sekali untuk pumping ASI,” jelasnya. 

Pumping menjadi cara Sarah memastikan bahwa meski tidak selalu bisa berada di dekat anaknya setiap waktu, ia tetap bisa memberikan ASI secara konsisten.

Mengelola Begadang dan Sleep Training

Salah satu tantangan terbesar menjadi orangtua baru adalah kurang tidur. Sarah pun tak luput dari fase itu. Malam-malam panjang yang diisi dengan tangisan bayi dan kebutuhan untuk menyusui atau mengganti popok menjadi bagian dari kesehariannya. Tapi Sarah tidak sendiri, ia dibantu sang suami sehingga bisa membuat jadwal sistem shift yang adil, agar keduanya tetap bisa beristirahat dan bekerja dengan baik.

“Aku siasatin dengan gantian shift-shiftan dengan suami. Kita bikin jadwalnya,” ungkap Sarah. 

Keterlibatan suami bukan hanya membantu secara teknis, tapi juga memberi dampak besar secara emosional, mengurangi beban yang seolah harus ditanggung seorang diri.

 

Sarah juga mulai mengenalkan sleep training kepada anaknya. Namun, bukan dengan metode ekstrem yang membiarkan anak tidur sendiri hingga menangis berjam-jam. Ia lebih memilih pendekatan bertahap dan penuh perhatian. 

“Awalnya jangan terlalu dipaksakan. Butuh kesabaran ekstra. Jadi aku berikan dia waktu khusus untuk belajar tidur sendiri. Nantinya dia akan terbiasa dan nyaman,” jelasnya. Baginya, setiap anak unik dan orang tua perlu belajar mengenali kebutuhan anak secara perlahan, bukan dengan meniru metode orang lain secara mentah.

Peran Suami dan Dukungan Orangtua

Menjalani peran sebagai ibu sambil bekerja tentu akan terasa berat jika tidak memiliki dukungan yang kuat. Sarah mengakui bahwa peran suami dalam keseharian sangat krusial. “Itu big support system aku. Untuk menjaga mental aku agar tetap waras. Agar aku tidak merasa kehilangan identitas,” katanya dengan jujur.

Dukungan emosional dari pasangan membuat Sarah merasa tidak sendiri. Di tengah segala rutinitas baru, ia bisa tetap menjadi dirinya, bukan hanya seorang ibu, tapi juga perempuan dengan impian dan tujuan hidup yang tetap hidup.

Bukan hanya dari suami, Sarah juga merasa beruntung mendapat dukungan dari keluarga, termasuk orang tua. Mereka menjadi penjaga semangat saat ia merasa lelah, juga pengingat bahwa semua ini adalah bagian dari proses menjadi orang tua yang kuat dan penuh cinta.

“Sebulan dua bulan memang enggak bisa me time. Jadi butuh dukungan dari suami dan orang-orang dekat termasuk orangtua aku,” tambahnya. Me time bagi Sarah bukanlah pelarian, melainkan waktu untuk mengisi ulang energi agar bisa memberikan yang terbaik untuk anak dan diri sendiri.

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya