Viral Replika Suasana Indonesia di Kebun Binatang di Australia, Vibes-nya Kerasa Banget

JAKARTA – Sebuah video pendek dari akun TikTok @sayalovemakan tengah viral di media sosial, menampilkan sebuah sudut unik di Taronga Zoo, Sydney. Yang menarik perhatian warganet bukan semata-mata satwa langka yang dipelihara di sana, melainkan sebuah replika kawasan bertema Indonesia yang otentik hingga ke detail terkecilnya.

Area tersebut bukan hanya menjadi jalur menuju kandang Harimau Sumatera, tetapi juga menciptakan suasana seolah-olah pengunjung sedang berjalan di sebuah gang perkampungan di Indonesia.

Video berdurasi singkat itu memperlihatkan berbagai elemen khas Indonesia yang direplikasi secara cermat. Dari gerobak mieayam, tahu kupat, warung kelontong, konter pulsa, ayam kampung berkeliaran, hingga kondisi jalanan aspal yang sengaja dibuat tidak rata.

Semua elemen tersebut memunculkan rasa nostalgia sekaligus decak kagum dari para netizen Indonesia yang tidak menyangka bahwa suasana lokal bisa dihidupkan kembali dengan sangat detail di Negeri Kangguru.

Komentar-komentar yang membanjiri unggahan tersebut pun mempertegas betapa dalamnya kesan yang ditinggalkan.
 
“Pake detail aspal ga ratanya persis banget lagi” tulis akun @kum***. 

Sementara akun lain, @chi***, menambahkan dengan candaan khas, “Sumpah mana langitnya abu-abu khas Indonesia banget”.

Sentimen serupa juga datang dari akun @sha***, “Kobisaaa vibes Indo bangettt, vlog kakk!!” Ekspresi spontan itu menunjukkan bagaimana replika ini mampu menggugah emosi kolektif masyarakat Indonesia, bahkan yang sedang berada di luar negeri.

Menurut informasi yang beredar, area bertema Indonesia tersebut memang dirancang sebagai bagian dari pengalaman menuju kandang Harimau Sumatera, salah satu satwa yang tengah mengalami ancaman kepunahan.

Taronga Zoo diketahui aktif dalam program konservasi satwa langka, termasuk spesies yang berasal dari Asia Tenggara seperti harimau. Dengan mengangkat nuansa lokal yang otentik, kebun binatang ini tampaknya tidak hanya ingin memperkenalkan satwa kepada publik internasional, tetapi juga konteks budaya dan habitat asalnya.