Produk yang kita pilih juga dapat mempengaruhi dampak lingkungan. Banyak produk yang kini hadir dengan label ramah lingkungan yang menunjukkan bahwa produk tersebut dihasilkan dengan proses yang lebih berkelanjutan dan tidak merusak alam:
- Membeli produk yang menggunakan bahan alami atau daur ulang, serta menghindari produk yang mengandung bahan kimia berbahaya.
- Memilih produk dengan kemasan minimal atau kemasan yang bisa didaur ulang, untuk mengurangi sampah plastik.
- Mendukung bisnis lokal dan berkelanjutan yang menggunakan proses ramah lingkungan dalam produksinya.
Selain tindakan individu, komitmen pemerintah dan pengusaha di sektor sektor juga tak kalah penting untuk mewujudkan perubahan yang lebih besar. Pengusaha di sektor energi harus berperan aktif dalam transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Sektor energi, salah satunya pertambangan harus memperhatikan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance). Contoh perusahaan tambang di Indonesia yang menerapkan ESG adalah PT. Ceria Nugraha Indotama (Ceria) yang beroperasi di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Presiden Direktur Ceria, Abdul Haris Tatang mengatakan, prinsip ESG ini wajib diterapkan karena sustainability lingkungan perlu dijaga agar keberlangsungan bisnis secara paralel dapat saling menguntungkan.
“Salah satu wujud komitmen ini adalah melalui pemanfaatan energi hijau (green energy footprint). Sejak akhir tahun lalu, smelter kami memanfaatkan Listrik PT PLN yang dipasok dari Kapal Pembangkit Listrik Terapung (Barge Mounted Power Plant, BMPP) dengan bahan baku diesel dan gas,” ucapnya, dikutip Jumat.
Pemanfaatan Listrik dari energi bersih menjadi wujud komitmen Ceria bergerak maju mewujudkan masa depan energi yang lebih ramah lingkungan.
(Qur'anul Hidayat)