Ia bahkan mempertanyakan literatur atau jurnal yang memang bisa membuktikan bahwa makan mi instan memang benar-benar berbahaya bagi kesehatan seperti yang selama ini diklaim.
"Saya tantang, suruh ada jurnalnya. Suruh kasih jurnalnya. Apa yang mengatakan mi instan berbahaya? Bahayanya harus jelas. Apakah kamu makan mi instan 50 hungkus per hari?, serunya lagi.
Dokter Tirta menilai, masyarakat sebenarnya banyak yang salah kaprah karena mengganggap mi instan sama bahayanya dengan racun. Ia menerangkan, padahal, berdasarkan penelitian, mi instan justru bisa jadi makanan yang bergizi dengan catatan jika dimakan menggunakan tambahan sayur dan protein seperti daging atau telur.
"Nah yang jadi masalah adalah, kita itu memandang makanan (mi instan) itu berbahaya kayak racun. Mi instan ini tujuannya digunakan untuk survival," kata dr. Tirta lagi.
Ia melanjutkan, berdasarkan penelitian yang ia baca, Dokter Tirta mengungkap bahwa campuran sayur-sayuran dan beberapa tambahan makanan mengandung protein tersebut bisa mengurangi dampak buruk pengawet yang terkandung dalam mi instan.