“Masih akan tetap diberlakukan pembatasan, sambil di sisi lain tetap membawa beberapa aktivitas lain yang bukan hanya sekedar kunjungan, tapi juga pemberian wawasan sejarah terkait Borobudur maupun situs-situs wisata lain di sekitarnya,” ujarnya.
Perwakilan dari Mister Aladin, Pratama Agus Nugroho, juga memberikan pandangan terkait tren perilaku konsumen, khususnya kaum milenial yang semakin mengandalkan OTA untuk merencanakan perjalanan mereka.
Pratama menekankan bahwa Mister Aladin, sebagai bagian dari MNC Group, memiliki peran penting dalam memberikan eksposur luas terhadap produk pariwisata, sehingga dapat menjadi stimulus bagi peningkatan pembelian produk pariwisata dan pergerakan wisatawan domestik.
“Kerja sama dengan kami memungkinkan untuk bisa kami promosikan menggunakan channel kami. Biasanya akan ada beberapa skenario untuk kami mempromosikan produk hotel, Desa Wisata, dan LTO. Pertama dari sisi produk yang paling banyak dibeli. Kedua jika memang sedang ada promosi spesial dengan pihak hotel, Desa Wisata, dan tour operator. Nanti akan bergantung kepada diskusi apakah akan ada diskon atau harga khusus, yang nanti akan kami iklankan untuk mencapai audience lebih luas,” sebut Pratama.
Business Matching ini berhasil menjadi wadah penting untuk memperkuat sinergi antara pelaku industri pariwisata dan Online Travel Agent (OTA) dalam upaya mendorong peningkatan kunjungan wisatawan domestik ke berbagai destinasi di Indonesia. Kolaborasi antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Mister Aladin menjadi landasan strategis untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada di industri ini. Melalui diskusi yang mendalam, acara ini menjadi ajang bertukar gagasan dan informasi untuk menetapkan langkah yang diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan pariwisata nusantara.
(Rizka Diputra)