SPECIAL REPORT: Dampak Fenomena Cuaca Dingin di Indonesia

Kemas Irawan Nurrachman, Jurnalis
Minggu 21 Juli 2024 10:18 WIB
Special Report: Dapak Fenomena Cuaca Dingin di Indonesia
Share :

CUACA DINGIN yang terjadi di Indonesia belakangan ini, membuat beberapa kota mengalami penurunan suhu yang ekstrem. Salah satunya yang terjadi di Bandung. Kota yang berada di Jawa Barat tersebut mengalami cuaca dingin hingga 15 derajat selsius.

Bahkan di sejumlah tempat, seperti Cwidey, Pengalengan, Kopo, dan Lembang, cuaca dingin di wilayah tersebut bisa tembus hingga 13 derajat selsius. Tidak hanya itu, dataran Dieng pada 7 Juli 2024 tercatat hingga 1 derajat selsius.

 

Apakah cuaca di Indonesia saat ini masih terbilang normal?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebut fenomena tersebut merupakan dampak dari Monsun Australia. Angin Monsun Australia bertiup menuju Benua Asia melewati Wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin). Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya.

Akibatnya, suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama Wilayah Bagian Selatan Khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa lebih dingin.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan selain disebabkan Monsun Australia, fenomena dingin di atas juga disebabkan oleh faktor posisi Geografis, kondisi Topografis, Ketinggian Wilayah, dan Kelembaban udara yang relatif kering. Apalagi, pada bulan Juni - Agustus posisi sudut datang dari sinar matahari sedang berada di posisi terjauh dari Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian Selatan Khatulistiwa.

"Beberapa hari terakhir ini, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa massa udara kering dan dingin dari daratan Australia ke Indonesia sehingga kurang mendukung proses pertumbuhan awan," ujar Guswanto seperti dikutip situs BMKG.

Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari. Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya