DEMAM berdarah dengue (DBD) salah satu penyakit yang kasusnya cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, terdapat 91.269 kasus DBD di Indonesia dengan kematian sebanyak 641 kasus. Angka ini naik tiga kali lipat dari periode yang sama di tahun 2023 yaitu 28.579 kasus dengan kematian sebanyak 209.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Direktorat Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi, MPPH, menjelaskan menangani penyakit endemik seperti DBD memerlukan sinergi yang kuat antar pemerintah, sektor swasta, industri, dan masyarakat. Untuk itu pihaknya mengapresiasi PT Takeda Innovative Medicines sebagai mitra dalam memerangi DBD di Indonesia.
“Sejalan dengan tema yang digalakkan oleh pemerintah untuk peringatan Hari Dengue ASEAN tahun ini, yaitu ‘Bersama Lawan Dengue’, kami sangat terbuka untuk dapat bekerja sama dengan berbagai pihak di Indonesia demi memberantas DBD,” ujar Imran.
Imran menambahkan berbagai upaya telah dilakukan bersama untuk mencegah penyebaran DBD, mulai dari penerapan Gerakan 3M Plus yang berkesinambungan, yang sudah kita lakukan selama lebih dari satu dekade, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), yang telah terbukti membantu menekan kasus DBD di banyak daerah, serta teknologi nyamuk ber-Wolbachia yang telah kami implementasikan beberapa waktu lalu.
Meski demikian, kasus dengue yang meningkat sangat signifikan di awal tahun ini, menjadi alarm bagi masyarakat untuk dapat mencari solusi inovatif yang dapat melengkapi upaya-upaya tersebut.
“Salah satu yang sedang dipertimbangkan adalah dengan mengenalkan vaksin, khususnya di daerah-daerah dengan intensitas DBD tinggi,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh profesor dalam bidang farmakoepidemiologi dari Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Jarir At Thobari, D.Pharm., Ph.D, bahwa penanganan endemik penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia melalui strategi vaksinasi dapat memberikan dampak signifikan dalam menekan jumlah kasus dan mengurangi beban biaya kesehatan.
“Hasil kajian efektivitas biaya yang kami lakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa vaksinasi DBD tidak hanya menghemat biaya dari perspektif pelayanan kesehatan dan masyarakat, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang substansial dengan mengurangi jumlah kasus DBD dan rawat inap,” kata Prof Jarir.