Spesies ini juga berkembang dengan cepat dan membuat populasi yang besar di Jepang karena rakun tidak memiliki predator alami di negara tersebut. Saat ini, sekitar 47 prefektur ditemukan di Jepang, menurut Kyodo News.
Invasi rakun tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga memberikan kerugian besar pada industri pertanian di Jepang.
Mereka harus mengalami kerugian, mulai dari kerusakan tanaman senilai hampir USD3 juta (sekitar Rp48 miliar) yang diduga disebabkan oleh rakun pada tahun 2022.
(Foto: Pexels)
Salah satu jenis hewan yang memiliki sifat cerdas ini membuat pemerintah setempat kesulitan memeranginya.
Bahkan upaya lokal dalam menjebak rakun atau melaporkan ke petugas apabila hewan itu menyebabkan kerusakan masih belum terbukti efektif sejauh ini untuk memerangi invasi rakun.
“Perangkap kami terkadang rusak karena rakun juga sangat ingin hidup. Hanya sebagian kecil saja yang benar-benar tertangkap, jadi kami tidak dapat mengetahui kisaran keseluruhannya,” kata seorang pejabat dari sebuah kota di barat Tokyo kepada Kyodo News.
(Rizka Diputra)