Kisah Rizal, Bocah 13 Tahun yang Mengais Rezeki dari Membersihkan Makam

Annastasya Rizqa, Jurnalis
Jum'at 03 Mei 2024 12:01 WIB
Rizal Bocah Pembersih Makam. (Foto: MPI)
Share :

TUGAS seorang anak adalah bermain dan belajar. Sayangnya, tidak semua anak bisa mendapatkan pendidikan sekolah yang layak demi bisa menimba ilmu dan menjadi bekal untuk bersaing di dunia kerja.

Contoh saja Rizal (13), bocah kecil ini harus merasakan lelahnya banting tulang demi seupah Rupiah di tangan. Rizal adalah bocah laki-laku yang sehari-hari membersihkan makam di TPU, Datuk Merah, Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur. Pekerjaan ini sudah dilakukan Rizal sejak lama untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya.

Saat ditemui di lokasi, Rizal tengah duduk di pinggir jakan setapak TPU tersebut dengan wajah yang lelah. Ia pun sudah membawa gunting serta alat bersih-bersih lainnya untuk merapikan makam

“Sudah lama jadi tukang bersih-bersih makam. Pulang sekolah setiap hari ke sini,” ungkap Rizal saat ditemui MNC Portal Indonesia.

Rizal merupakan murid kelas 3 SD di salah satu Sekolah Dasar di Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur. Rizal mengaku telat bersekolah di usianya yang kini sudah menginjak 13 tahun. Ia mengatakan hal itu lantaran dirinya telat membuat akte kelahiran sehingga telat bersekolah.

Meski harus telat daftar sekolah, Rizal tak patah semangat. Alih-alih jadi malas bersekolah, Rizal justru semakin bersemangat untuk mengenyam pendidikan.

Salah satu alasan dirinya menjadi petugas bersih-bersih makam adalah untuk membantu memenuhi peralatan dan kebutuhan sekolahnya. Saat anak-anak bermain atau istirahat sepulang sekolah, Rizal justru mendatangi TPU ini untuk mengais rezeki.

Tak jarang, Rizal justru kehilangan waktu mainnya bersama teman-teman karena harus mencari tamvahan untuk kebutuhan sekolahnya. Rizal seolah memahami profesi kedua orangtuanya yang hanya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibu rumah tangga.

“Lagi nabung, uangnya mau buat beli HP buat nanti kelas 4,” ungkap Rizal.

“Sebelumnya udah punya tabungan Rp600 rb tapi dipakai sama keluarga buat kebutuhan,” sambungnya.

Rizal menceritakan tak mudah untuk dirinya bisa memiliki ponsel seperti anak-anak kebanyakan. Ia harus berjuang seharian di tanah pemakaman untuk mendapat pundi-pundi uang demi gadget tersebut.

Menurutnya, ponsel memang dibutuhkan di sekolah. Ia bahkan kerap bergantian dengan ponsel sang kakak untuk belajar, namun menurutnya hal itu masih kurang optimal. “Iya sekarang sudah butuh pakai gadget, paling pakai punya abang saya. Kadang dia bawa jadi gak ada lagi,” jelasnya.

Seharian berada di pemakaman tak lantas membuat bocah ini mendapatkan banyak uang. Rizal mengatakan para peziarah belum tentu memakai jasanya untuk membersihkan makam.

Rizal biasanya akan menawarkan mereka apakah makam tersebut ingin dibersihkan atau tidak. Bila mereka menolak, Riza pun tak punya pilihan dan tak mendapatkan upah. “Saya tawarin dulu, ‘mau dibersihin gak makamnya?’. Kadang mereka ‘oh gak usah dek’. Oh ya sudah kata saya. Jadi gak dapat uang,” katanya.

Meski begitu, Rizal tetsp optimis dan menawarkan jasanya pada peziarah lain. Sedikit banyak Rizal merasa cukup dengan penghasilnnya dan akan ditabyng. Namun, Rizal mengaku sehari bisa hanga memperoleh sekitar Rp30 ribu saat sepi tawaran membersihkan makam.

Rizal juga mengatakan tak ada setoran dari pihak makam. Sehingga upah yang ia peroleh bisa untuk dirinya sendiri. Rizal tetap bersyukur dengan setiap upah yang ia dapatkan, bahkan tetap menyisihkannya untuk orangtua. “Kalau pulang dapat uang ditabung. Buat jajan sekolah juga, kalau ada sisahnya kasih orangtua,” tutup Rizal.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya