Mengenal Tarian Dirodo Meto dalam Adeging Mangkunegaran Ke-267, Sakral dan Memukau!

Devi Pattricia, Jurnalis
Senin 29 April 2024 09:24 WIB
Tarian Dirodo Meto (Foto: Devi Pattricia/MPI)
Share :

SOLO begitu kental dengan seni dan kebudayaan Jawa yang sakral. Salah satu jenis kesenian yang masih menjadi bagian budaya Solo yang erat melekat yakni seni tari.

Bukan hanya wanita, penari dalam beberapa tarian khas Solo juga ada yang dipentaskan oleh pria lho. Salah satu tarian yang seluruh penarinya laki-laki yaitu Tarian Dirodo Meto.

Tarian ini dianggap sakral dan memiliki nilai sejarah tersendiri bagi Mangkunegaran di Solo. Tarian Dirodo Meto mengisahkan tentang kegagahan sosok Raden Mas Said atau Pangeran Sumbernyawa. Ya, ia adalah sosok pendiri Mangkunegaran sekaligus menjabat menjadi Mangkunegara I.

Selain untuk mengenang sosok Pangeran Sumbernyawa, tarian ini juga bertujuan untuk mengenang pertempurannya di Rembang tahun 1756 silam.

(Foto: Devi Pattricia/MPI)

Maka tak heran mengapa tarian ini sangat istimewa dan hanya dipentaskan pada hari-hari penting saja.

Dalam rangka merayakan Adeging Mangkunegaran atau peringatan pendirian Mangkunegaran ke-267, Tari Dirodo Meto kembali dipentaskan di Pendopo Ageng Pura Mangkunegara pada Minggu, 28 April 2024. Tarian ini dikurasi oleh seorang seniman tari yaitu Rama Soeprapto.

Rama Soeprapto menjelaskan bahwa Tari Dirodo Meto ini sangat sakral karena mengisahkan perjuangan dari Pangeran Sumbernyowo. Ia mengungkap tarian ini tidak mudah, sehingga memerlukan penari-penarinya sangat profesional.

“Tarian ini bukan tarian yang gampang. Karena tarian ini kami sebuah tarian yang gampang maka kami menggandeng penari yang sangat-sangat sudah profesional,” ujar Rama Soeprapto kepada awak media saat ditemui di Pura Mangkunegaran.

(Foto: Devi Pattricia/MPI)

Ia mengungkap tarian ini juga dikenal dengan Tari Bedhaya Senapaten Dirada Meta atau Gajah Mengamuk. Ternyata Gajah Mengamuk menjadi salah satu julukan untuk teknik peperangan Pangeran Sambernyawa kala melawan penjajah kala itu.

“Ini cerita tentang kiasan gajah mengamuk, sebuah teknik peperangan samber nyowo sendiri, 16 tahun berjuang nonstop melawan penjajah saat itu,” jelasnya.

Diiringi dengan alunan Gamelan dan nyanyian khas dari para sinden, kurang lebih ada 14 penari pria yang berbaris memasuki Pendopo Ageng Pura Mangkunegaran selangkah demi selangkah.

Terlihat ada tujuh orang prajurit dengan tiga di antaranya membawa trisula, sedangkan empat prajurit lainnya membawa busur. Prajurit tersebut menggunakan kain dodotan Jawa yang dililit kait di bagian pinggangnya.

Kain tersebut sesekali dikibas-kibas sesuai iringan dan irama gamelan. Para prajurit tersebut juga menggunakan blankon dan gelang emas di kedua pergelangan tangan serta pergelangan kaki.

Tak hanya itu, para penari itu juga membawa keris dengan roncean melati. Setiap gerakan yang tampilkan tampak begitu gagah dan indah.

Selain tujuh prajurit gagah, adapula tujuh penjaga lain yang duduk di bagian samping pertunjukkan.

Penampilan Tari Dirodo Meto ini berhasil membius mata para tamu yang hadir menyaksikannya. Alunan musik Gamelan, ditambah dengan gerakan yang indah dan kompak membuat para penonton terpukau.

Lebih lanjut, Rama Soeprapto mengungkap bahwa busana para penari ini merupakan karya dari desainer ternama Tanah Air, Iwan Tirta. Ia berharap adanya pertunjukan Tari Dirodo Meto ini menjadi langkah berkelanjutan untuk mengenalkannya ke generasi muda.

“Bajunya adalah ciptaan Mas Iwan Tirta yang dicreate sebuah keindahan tarian ini. Saya berharap tarian ini berlangsung menciptakan generasi baru,” tuntas Rama.

Sementara, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA), Mangkunegara X berujar bahwa tarian ini menjadi warisan budaya yang penting karena kehadirannya sudah ada sejak Mangkunegoro I menjabat. Oleh karenanya, tarian ini jangan sampai hilang dan dilupakan begitu saja.

“Tentu 267 tahun ini kegiatan bersejarah dan bentuk penggalian menampilkan tarian yang sudah ada sejak Mangkunegoro pertama. Pas banget momennya, 267 tahun ini dimulai perjuangan beliau. Tarian era beliau,” kata dia.

(Rizka Diputra)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya