Pasien Gagal Ginjal di Gaza Terancam Mati Perlahan, Imbas Minimnya Layanan Kesehatan

Lulu Az Zahra , Jurnalis
Jum'at 15 Maret 2024 16:00 WIB
Kondisi rumah sakit di Gaza. (Ilustrasi: Freepik.com)
Share :

GENOSIDA yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Kondisi ini semakin berdampak parah terhadap ketersediaan layanan kesehatan di wilayah tersebut.

Situasinya kini semakin memprihatinkan, ribuan orang mengalami penyakit kronis dan serius, termasuk pasien gagal ginjal yang menghadapi ancaman kematian perlahan.

Melansir pada reliefweb, Jum’at (15/3/2024) terdapat antara 1.000 dan 1.500 pasien gagal ginjal di Jalur Gaza. Kondisi kesehatan mereka semakin memburuk dengan cepat karena kurangnya layanan medis dan terapeutik, obat-obatan, serta kebutuhan lainnya.

Pasien tidak lagi mendapat layanan cuci darah secara rutin akibat runtuhnya sistem kesehatan yang sebagian besar terganggu karena kerusakan dan pengepungan. Rumah sakit di seluruh Jalur Gaza mengalami kekurangan bahan bakar, peralatan bedah, tenaga medis, makanan, obat-obatan, termasuk obat anastesi, serta air bersih.

Hal ini berdampak serius pada keselamatan dan kesejahteraan pasien gagal ginjal. Tim lapangan Euro-Med Human Right Monitor mencatat bahwa hampir 60 pasien gagal ginjal berisiko meninggal setiap saat dan sekitar 20 orang lainnya telah meninggal.

Namun, sejumlah besar pasien baru belum secara resmi ditambahkan ke database sistem kesehatan selama lima bulan terakhir untuk menerima perawatan lanjutan yang mereka perlukan karena rusaknya institusi pemerintahan dan administrasi di Jalur Gaza.

Kondisi keamanan yang sulit membuat pasien gagal ginjal tidak dapat mengakses rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang diperlukan, terutama selama operasi darat Israel.

Hal tersebut telah meningkatkan jumlah pasien gagal ginjal yang meninggal. Pengeboman yang sering dan intensif juga menghalangi akses pasien ke rumah sakit untuk perawatan dialisis dan perawatan lain yang diperlukan.

Terbatasnya jumlah mesin dialisis yang dimiliki rumah sakit dan beberapa diantaranya telah rusak, menyebabkan pasien tidak dapat menerima layanan kesehatan yang sangat mereka perlukan. Akibatnya, mereka terpaksa menjalani cuci darah berdasarkan jadwal rumah sakit, bukan berdasarkan kebutuhan medis.

Operasi ginjal di Rumah Sakit Al-Shifa harus dikurangi secara signifikan karena kekurangan bahan bakar untuk generator listrik cadangan dan air bersih yang dibutuhkan untuk proses dialisis. Rumah sakit tersebut diperkirakan merawat sekitar 40 pasien gagal ginjal dengan frekuensi dua sesi per minggu dan masing-masing berlangsung selama empat jam.

Selain itu, memburuknya penderita pasien gagal ginjal juga disebabkan karena kekurangan gizi akibat meluasnya kelaparan. Mayoritas penduduk di wilayah utara hidup dari makanan kurang bergizi dan air kotor yang menurunkan fungsi ginjal dan menyebabkan penumpukan racun yang berbahaya bagi kesehatan pasien.

Selanjutnya, Kementrian Kesehatan di Gaza menyatakan bahwa mereka telah menawarkan 13.000 sesi dialisis per bulan di enam pusat kesehatan di lima provinsi pada Jalur Gaza. Kemudian persediaan yang mereka miliki, seperti tabung transfuse darah, kanula, dan filter dialisis hampir habis seluruhnya.

Dalam menghadapi krisis kesehatan yang mendalam ini, komunitas internasional harus bertindak cepat dan tegas untuk menekan Israel agar mengakhiri genosida serta pengepungan terhadap rakyat Jalur Gaza. Selain itu mengizinkan masuknya pasokan bantuan secara mendesak dan efisien, termasuk pasokan medis.

Selain itu, Euro-Med Monitor telah mengimbau organisasi internasional untuk menarik perhatian terhadap kondisi kesehatan mengerikan yang dihadapi oleh ribuan orang yang sakit dan terluka di Jalur Gaza, serta menggunakan setiap sumber daya yang tersedia untuk memberikan bantuan kemanusiaan guna menyelamatkan nyawa orang-orang yang sangat rentan ini.

(Leonardus Selwyn)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya