Survei dari Puslitbang upaya kesehatan masyarakat atau UKM yaitu Kemenkes pada tahun 2020 dengan judul studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga mendapati tujuh dari sepuluh dari air minum di rumah tangga menggunakan air yang terindikasi tercemar limbah kotoran manusia.
“Bisa bayangin gak kalau air yang selama ini diminum dan terlihat jernih itu, ternyata mengandung cemaran dan cemarannya itu adalah tinja. Itu ternyata tinggi bakteri yaitu bakteri E-coli ya gimana gak diare? tutur dr. Nadia lagi.
Lebih lanjut, dr. Nadia mengingatkan bahwasanya anak yang mengonsumsi air cemaran juga dapat berpotensi mengalami stunting. Maka dari itu, ia menyarankan kepada seluruh masyarakat agar lebih bijak dalam menentukan jenis air minum yang ingin dikonsumsi, karena jika tidak, penyakit seperti diare akan timbul dengan mudah dan mengancam kesehatan.
“Yuk! Mulai sekarang kita harus lebih bijak lagi dalam memilih air minum yang kita konsumsi. Pastikan air tersebut sumber dan juga prosesnya itu higienis,” tegasnya.
(Rizky Pradita Ananda)