MUSEUM Tsunami Aceh di Kota Banda Aceh ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara, Selasa (26/12/2023), bertepatan dengan hari mengenang 19 tahun gempa dan tsunami melanda Aceh. Mereka datang untuk melihat jejak sejarah tsunami dan menambah wawasan tentang bencana dahsyat yang pernah meluluhlantakkan pesisir Samudera Hindia pada 2004 lalu.
Museum Tsunami Aceh menyajikan berbagai informasi tentang tsunami 19 tahun lalu yang menelan korban lebih 200 ribu jiwa. Pengunjung bisa benar-benar merasakan salah satu tragedi paling memilukan dalam sejarah manusia tersebut.
"Mengenang betapa dahsyatnya tsunami yang melanda pada suatu ketika dahulu dan kita merasa takut," kata Aisyah, wisatawan asal Malaysia seperti dikutip dari Seputar iNews Aceh.
Pengunjung lain, Mutia yang berasal dari Dumai, Riau datang ke Museum Tsunami Aceh bersama anak-anaknya untuk berwisata edukasi. Mutia ingin mengenalkan anak-anaknya tentang bencana tsunami dan cara penanggulangannya. Selain itu, kedatangannya ini pun agar semakin dekat dengan Allah SWT.
BACA JUGA:
"Tujuannya wisata memberikan edukasi kepada anak-anak kami sekalian kami mengalami bahwasannya museum ini sangat bagi seluruh masyarakat, baik orang dewasa maupun anak-anak tentang tsunami itu sendiri. Sehingga hikmah yang kami ambil religinya adalah kita harus dekat sama Allah," kata Mutia.
Museum Tsunami Aceh berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kota Banda Aceh. Untuk masuk, wisatawan cukup bayar tiket Rp5.000 per orang.
Museum Tsunami Aceh (MPI)
Pengunjung akan disambut oleh Lorong Tsunami sebelum benar-benar masuk ke dalam area museum. Lorong tersebut sangat minim pencahayaan. Kanan dan kiri temboknya berlinang air. Di tengah perjalanan, air bukan hanya berada di dinding tetapi juga mengucur di atas kepala sehingga tidak sedikit wisatawan yang langsung berlarian agar bisa berteduh. Momen ini mengenang kejadian 19 tahun lalu, di mana masyarakat Aceh kala itu berlari berhamburan ketika mengalami gempa bumi dan tsunami.
Setelah itu wisatawan akan disambut dengan sebuah ruangan yang berisi berbagai foto pasca tsunami. Tidak hanya itu saja, di dalam ruangan ini pun ada layar LED besar yang memperlihatkan suasana pasca tsunami. Layar besar ini membuat wisatawan akan benar-benar merasakan kejadian kala itu.
Perjalanan berlanjut ke sumur doa. Ruangan ini merupakan simbol kuburan massal korban tsunami. Di dalamnya terdapat 3.600 nama korban di sekeliling dinding-dinding sumur. Kemudian, di sebelah ruangan ini terdapat lorong kebingungan yang berisi 99 asmaul husna atau nama-nama Allah yang mulia. Hal ini menandakan jika di setiap kebingungan yang terjadi, Allah bisa membantu para hamba-Nya. Karena segala urusan di dunia ada di genggamanNya.
Di ujung lorong, pengunjung akan disambut dengan sebuah jembatan dengan atap yang dihiasi puluhan bendera dari negara yang telah membantu Aceh saat pascatsunami. Seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Turki, Republik Ceko, Swedia, Finlandia, Rusia, Malaysia, Singapura, Jepang, dan lainnya.
Museum Tsunami Aceh (MPI)
Momen mengenang tragedi gempa dan tsunami Aceh akan semakin terasa ketika pengunjung masuk dalam ruangan pemutar video yang berisi potongan-potongan kejadian bencana alam yang sesungguhnya. Hal ini akan membuat wisatawan merinding dan ingin meneteskan air mata.
Perjalanan berlanjut pada ruangan yang membuat wisatawan seolah-olah akan tergulung obak sebagaimana kejadian tsunami pada 2004. Semua ruangan benar-benar membuat wisatawan merasakan kelamnya kala bencana gempa bumi dan tsunami melanda.
(Salman Mardira)