MENGAPA para biksu botak? Mungkin ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh penganut agama Buddha dan juga masyarakat secara umum.
Biksu yang kita lihat di televisi dan dunia nyata selalu berkepala botak atau tidak berambut.
Mengutip Erlanggapedia, Biksu adalah rohaniwan dari agama Buddha yang memegang peran penting sebagai penyeimbang dalam kehidupan kerohanian. Sebagai biksu, mereka harus menguasai kitab suci dan memiliki ilmu agama Buddha yang matang.
Biksu juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk beribadah, belajar, dan bermeditasi di lingkungan wihara.
Lantas, mengapa para biksu botak? Berikut adalah sejarah dan penjelasannya, Selasa (28/11/2023).
Mengutip riwayat hidup Buddha Gotama yang tertulis dalam Majjhima Nikaya 100, diceritakan bahwa setelah Pangeran Siddharta meninggalkan istana bersama kuda Kanthaka dan diikuti oleh kusir Chana, Pangeran Siddharta langsung memotong rambut dengan pedangnya saat tiba di Sungai Anoma.
Pangeran Siddharta memotong rambutnya itu sambil berkata, “Rambutku ini tidak cocok sebagai seorang pertapa, saya harus memotongnya.”
Dengan demikian, menggunduli rambut juga bisa diartikan sebagai melepaskan ikatan duniawi, apalagi bagi seorang wanita rambut adalah mahkota kecantikan.
Dalam sejarah seorang Buddha, bukan hanya Buddha Gotama saja yang kepalanya dicukur gundul, Buddha Kassapa, Sammasambuddha sebelum Buddha Gotama juga berkepala gundul.
Kisah ini tercatat dalam Ghatikara Sutta, bahwa ketika Ghatikara mengajak Jotipala atau Bodhisatva Gotama pada kehidupan lampau menemui Buddha Kassapa, Jotipala menyebut Buddha Kassapa sebagai “Pertapa berkepala gundul”.
Sehingga, seorang pertapa atau bhikkhu hingga sekarang ini kepalanya dicukur gundul. Hal ini secara khusus tertuang dalam peraturan kebhikkhuan tentang cara mengatur badan jasmani.
Dalam peraturan tersebut, ara bhikkhu tidak diperbolehkan memelihara rambut kepala. Dan rambut kepala tidak diperbolehkan tumbuh lebih dari dua bulan, atau melebihi dua inchi atau dua jari panjangnya.
Sehingga, terdapat dua hal yang perlu dicermati dalam peraturan ini. Pertama, para bhikkhu harus mencukur rambutnya sebelum lewat dari dua bulan, meskipun rambutnya belum sepanjang dua inchi atau dua jari. Kedua, meskipun belum lewat dua bulan, namun rambut telah tumbuh sepanjang dua inchi atau dua jari, maka rambut juga harus dicukur.
Kemudian, peraturan mengenai batas waktu mencukur rambut ini muncul karena adanya beberapa larangan. Pertama, terdapat larangan bagi seorang bhikkhu untuk menata rambutnya sedemikian rupa dengan cara menyisir rambut, baik dengan sisir atau dengan jari-jari.
Bikhhu atau biksu juga dilarang mengolesi rambutnya dengan menggunakan minyak rambut. Seorang bhikkhu yang tidak dalam keadaan sakit juga tidak boleh memotong rambutnya dengan menggunakan gunting, sehingga alat yang diperkenankan hanyalah pisau cukur.
Yang terakhir, seorang bhikkhu juga tidak diperkenankan mencabut uban yang tumbuh di kepalanya.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa alasan logis yang berkaitan dengan peraturan yang mewajibkan seorang bhikkhu atau biksu rambutnya harus dicukur atau harus botak.
Bahkan terkait ketentuan ini, Bhikkhu Sri Pannyavaro menjelaskan dengan sangat menarik, bahwa bhikkhu adalah orang yang melatih diri berlaku singkat. Artinya sedikit kebutuhannya, terkendali panca inderanya, dan mudah dirawat.
“Supaya mudah dirawat umat, karena ia tidak usah mencari uang, salah satu di antaranya ya digunduli saja, agar tidak membutuhkan sisir, sampo atau minyak rambut,” jelas Bhikkhu Sri Pannyavaro.
Demikianlah penjelasan mengenai alasan dan sejarah mengapa para biksu botak, semoga artikel ini dapat menjawab rasa penasaran pembaca.
(Endang Oktaviyanti)