BAYI-bayi prematur di Gaza dievakuasi ke Mesir demi menyelamatkan nyawa mereka. Diharapkan, bayi-bayi malang bisa mendapat perawatan yang lebih baik dan dapat hidup lebih baik.
Namun, proses evakuasi bayi prematur Gaza ke Mesir tak segampang itu. Mereka tidak mendapat perlakuan optimal, karena keterbatasan di mana-mana.
Ya, laporan Reuters menerangkan bahwa evakuasi bayi-bayi prematur ini menggunakan ambulans dari rumah sakit Al Shifa, menuju perbatasan Rafah, dan berhenti di Mesir yaitu di Rumah Sakit Bersalin Al-Helal Al-Emairati di Rafah. Di rumah sakit Mesir ini diharapkan bayi-bayi prematur mendapat perawatan maksimal.
Kantor berita itu diketahui menerima video dari pemerintah Mesir dan dari video itu, terlihat jelas betapa sulitnya evakuasi berlangsung.
Dari tayangan video Mesir itu terlihat staf medis di Rafah amat berhati-hati mengambil bayi-bayi kecil dari dalam ambulans Palestina. Lalu, staf medis menempatkan mereka di inkubator bergerak yang kemudian didorong melintasi tempat parkir menuju ambulans Mesir.
Ya, bayi-bayi itu 'di-estafet'. Terbayang bagaimana perjuangan bayi itu untuk hidup dalam kondisinya yang sangat rentan?
Bahkan, bayi-bayi prematur itu dievakuasi dari Gaza menuju Rafah hanya mengenakan popok dan topi hijau kecil menutupi kepalanya. Kondisi ini terus terjadi sampai bayi-bayi itu tiba di Mesir.
"Dari bayi yang dievakuasi itu, 11 atau 12 di antaranya dalam kondisi kritis, sisanya sakit parah," kata dr Rick Brennan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), dalam wawancaranya dengan Reuters di Kairo, dikutip MNC Portal, Selasa (21/11/2023).
"Masing-masing dari bayi prematur itu mengalami infeksi berat dan tidak sedikit yang suhu tubuhnya rendah, sehingga sangat membutuhkan perawatan spesialis yang detail," tutur dr Brennan.
Bahkan, laporan dari Mesir, bayi-bayi prematur Gaza yang sudah berhasil dievakuasi menderita kekurangan gizi, dehidrasi, hingga mengalami suhu tubuh rendah.
"Mereka dalam kondisi bencana," ucap dr Mohammad Salama, selaku Kepala Unit Neonatal RS Bersalin Al Helal Al-Emairati, Rafah, Mesir.
Malahan, beberapa dari bayi prematur yang sudah berhasil dievakuasi ke Mesir tak ditemani ibunya.
"Ya, beberapa bayi prematur didampingi ibunya, tapi ada juga yang tidak. Bayi itu hanya ditemani staf medis," kata dr Salama penuh haru.
Kabar mengenai bayi-bayi prematur Gaza ini mencuri perhatian dunia. Terlebih, sebelumnya beredar foto bayi-bayi prematur yang dibaringkan di kasur tanpa alat inkubator karena tak adanya listrik di rumah sakit.
Di awal kemunculan kabar ini, dokter RS Al Shifa melaporkan ada 39 bayi dalam kondisi mengkhawatirkan. Sejak saat itu, delapan bayi telah meninggal dunia.
(Leonardus Selwyn)