Indonesia memiliki kekayaan dalam produksi kain tradisional, seperti batik yang terkenal sebagai pakaian adat. Selain batik, terdapat juga kain tradisional lain yang dapat berfungsi sebagai pakaian.
Tanjak, yang juga dikenal sebagai mahkota kain, ikat-ikat, atau tengkolok, adalah sebuah penutup kepala tradisional yang umumnya dikenakan oleh laki-laki di masyarakat Melayu. Pada umumnya, tanjak memiliki bentuk yang meruncing ke atas.
Tanjak merupakan salah satu elemen pakaian adat di Palembang dan telah digunakan oleh bangsawan serta tokoh masyarakat sejak zaman Kesultanan Palembang. Tanjak dikenakan oleh priyai, pembesar, bangsawan, dan tokoh masyarakat pada masa lalu, seperti yang terlihat dalam beberapa sketsa atau lukisan yang menggambarkan peristiwa sejarah di Palembang, termasuk Perang Palembang (1819-1821) dan peristiwa lainnya.
Meskipun Belanda menghapus penggunaan tanjak dari Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1823, tetapi tanjak masih tetap eksis hingga sekarang sebagai simbol budaya yang melambangkan sejarah dan identitas masyarakat Palembang.
Asal-usul kata 'tanjak' berasal dari bahasa Melayu Palembang yang berarti naik atau menjulang. Bentuknya menjulang tinggi dengan ujung berbentuk segitiga. Tanjak terbuat dari berbagai jenis kain seperti songket, angkinan, pardo, dan batik.