FOMO Disebut Jadi Penyebab Kecemasan Remaja akibat Sosial Media, Kok Bisa?

Devi Ari Rahmadhani , Jurnalis
Minggu 08 Oktober 2023 21:06 WIB
FOMO jadi penyebab kecemasan remaja. (Foto: Hindustantime)
Share :

FEAR of missing out (FOMO) yang saat ini menjadi sering diucapkan oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum milenial. FOMO merupakan perasaan cemas yang timbul karena takut ketinggalan akan sesuatu yang sedang menarik atau viral di sosial media.

Mengutip dari Hindustan Times, Minggu (8/10/2023), sebuah makalah baru-baru ini meneliti tentang FOMO. Hasil penelitian tersebut terkait apakah remaja merasa penggunaan media sosial dapat meningkatkan atau meredakan kecemasan mereka.

Setidaknya ada 951 remaja Australia di enam sekolah. Ternyata hasil survei tersebut menemukan bahwa 11 persen remaja mengaku penggunaan sosial media yang terlalu sering menimbulkan kecemasan dan penggunaan media sosial yang lebih jarang bisa menyebabkan lebih sedikit kecemasan.

11 persen remaja ini mengaku memiliki FOMO tinggi. Mereka bereaksi buruk terhadap informasi terkait aktivitas temannya, mengamati percakapan, dan takut dikucilkan dari aktivitas. Mereka mungkin tidak terhubung dengan kelompok yang aman dan tidak beracun.

Mungkin saja siswa-siswa ini tidak keberatan ketika penggunaannya dibatasi dan beberapa memilih untuk mengurangi penggunaan media sosial karena mereka dapat melihat dengan jelas dampaknya terhadap mereka.

Sebaliknya, siswa yang terpengaruh oleh FOMO sebanyak 54 persen responden menunjukkan gejala kecemasan yang lebih kuat jika mereka hanya diberi sedikit waktu untuk menggunakan media sosial. Siswa-siswi ini mungkin mengandalkan media sosial untuk menjalin hubungan dan mengelola perasaan cemas yang normal.

Kelompok siswa ini mungkin akan mengeluh keras jika penggunaannya dibatasi. Mereka cenderung membutuhkan validasi lebih sering dari komentar dan kontak dengan teman onlinenya. Selain itu, mungkin mereka lupa bagaimana menghidupi diri mereka sendiri secara offline.

Tidak hanya sampai di situ, data lainnya menunjukkan bahwa 35 persen siswa tidak memiliki hubungan antara frekuensi penggunaan media sosial dan laporan kecemasan. Para siswa ini memiliki tingkat FOMO yang normal dan sehat.

Mereka ingin menjadi bagian dari sesuatu yang ramai di sosial media, namun tidak terobsesi dengan kebutuhan tersebut. Mereka dapat menyeimbangkan 'asupan nutrisi' saat melakukan aktivitas offline dan online.

Pembelajaran yang perlu diambil dari studi FOMO di atas

Ada beberapa pembelajaran yang dapat kita ambil dari studi FOMO yang telah dijabarkan di atas. Kelompok yang mengalami kecemasan tinggi akan rasa takut ketinggalan dengan tren yang ada harus melakukan pemeriksaan kesehatan teknologi.

Sebab, jika dibiarkan dapat menyebabkan masalah tidur jika kekhawatiran muncul kembali di malam hari. Akhirnya, nanti akan mengalami kurang tidur dan berdampak pada satu masalah kesehatan mental.

(Endang Oktaviyanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya