DI Kecamatan Lekok dan Nguling, Pasuruan, terdapat tempat pengelolaan sampah yang sangat layak atau disebut Project STOP Pasuruan. Setiap haru sebanyak 5.000 ton sampah diangkut, 700 ton di antaranya adalah sampah plastik.
Pengelolaan sampah membutuhkan kesadaran dari banyak masyarakat. Terutama memilah sampah plastik yang semakin memberi dampak buruk ke lingkungan
Di lokasi ini, sampah dipilah untuk didaur ulang. Banyak perusahaan besar internasional telah bergabung seperti Nestle.
Program ini sudah ada sejak 2019 dan berjalan bersama Pemkab Pasuruan di 2020. Tempat ini pun masih aktif sampai saat ini.
Bupati Pasuruan H. M. Irsyad Yusuf menjelaskan, lokasi ini menyediakan sistem persampahan yang sirkular dan dapat diakses oleh masyarakat.
"Kami sangat senang dengan adanya kolaborasi multi-pihak yang dijalankan oleh pemerintah daerah untuk mempromosikan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan yang menguntungkan secara ekonomi dan menyediakan peluang kerja baru bagi masyarakat setempat," katanya dalam keterangan tertulis.
Direktur Program Project STOP di Systemiq Mike Webster menilai, project ini telah bertumbuh secara mandiri. Ribuan ton sampah bahkan telah dikelola dengan baik.
"Pengelolaaan sampah yang layak membutuhkan upaya terus-menerus dan kontribusi signifikan dari semua pihak terkait dan sangat penting dilakukan untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat" ujarnya.
Sementara itu, Direktur Sustainability Nestle Indonesia Prawitya Soemadijo menambahkan, dengan adanya tempat pengelolaan sampah, nantinya tidak ada sampah plastik yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun mencemari lingkungan.
"Kemasan plastik bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan kembali, serta residu agar tidak mencemari alam. Lebih jauh lagi, upaya kolaborasi ini juga turut mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target 70% penanganan sampah dengan benar," ujarnya.
(Helmi Ade Saputra)