Melansir laman resmi Kementerian Kesehatan, diperkirakan insiden ASS 2 sampai 3 persen di antara keseluruhan bayi, sedangkan di antara bayi usia 1 tahun dengan dermatitis atopik, angkanya lebih tinggi lagi mencapai 30 sampai 35 persen karena kondisi ASS ini.
Prof Zakiudin menjelaskan, alergi merupakan kondisi menyimpang dari dalam tubuh. Apa yang dikonsumsi seharusnya, diterima dan diserap oleh tubuh, justru ditolak oleh tubuh karena dianggap sebagai musuh.
"Tapi kalau pada orang yang alergi itu tadi, diterima salah lagi musuh. Sehingga ditolak di dalam tubuh,” sambungnya.
Ditolak secara alami oleh tubuh, memicu terjadinya sederet gejala lain.
“Muntah, diare atau gejala-gejala masuk ke dalam aliran darah seperti biduran, atau gatal dan sesak nafas," tutup Prof Zakiudin singkat.
(Rizky Pradita Ananda)