ORANG Jawa umumnya sangat menjaga kesopanan, tata krama, dan kelembutannya baik dalam sikap maupun tutur kata. Masyarakat Jawa juga punya sebutan khusus untuk perempuan yang menyiratkan kasih sayang.
Jika dalam masyarakat Sunda terdapat sebutan neng, nyai hingga nok buat perempuan misalnya, maka masyarakat Jawa terdapat sapaannya tersendiri yang mengandung makna dan filosofi juga.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini lima sebutan untuk wanita Jawa beserta filosofinya.
1. Mbak
Dalam masyarakat Jawa, panggilan mbak ditujukan kepada perempuan yang secara umur mungkin lebih tua atau dituakan.
BACA JUGA:10 Spot Diving Terbaik di Pulau Jawa, Surga Tersembunyi
Akan tetapi seiring perkembangan zaman, panggilan mbak ini kini menjadi meluas dan tak melulu harus orang Jawa. Misalnya di Jakarta, umumnya wanita yang dianggap dituakan, dihormati atau panggilan saat awal mula perkenalan menggunakan kata tersebut.
2. Dek Ayu
Dek ayu merupakan panggilan untuk wanita kesayangan. Jadi jika suaminya dipanggil dengan kang mas, istrinya dipanggil dengan dek ayu.
Panggilan ini bisa menggambarkan suami yang sebagai orang yang memimpin keluarga layaknya kakak yang lebih tua dan istri sebagai orang yang dilindungi dan disayang.
BACA JUGA:4 Tradisi Malam 1 Suro di Jawa, Kirab Kebo Bule hingga Bersihkan Benda Pusaka
3. Wadon
Istilah kata ini diadaptasi dari bahasa Kawi Wadu, artinya kawula atau abdi. Untuk itu wanita di sini diibaratkan sebagai abdinya laki-laki, atau dalam konsep pernikahan merujuk kepada seorang suami.
Makna dari wadon ini memang terdengar patriakal, sehingga berpengaruh besar di kehidupan masyarakat luas. Akan tetapi ada makna lainnya, 'abdi' di sini adalah sebuah dedikasi seorang wanita untuk prianya.
4. Putri
Jika diartikan secara harfiah, putri berarti anak perempuan dan panggilan ini biasa disematkan bagi wanita-wanita Jawa. Sementara itu dalam kawruh basa, dikonsepkan oleh masyarakat Jawa, putri disandingkan dengan akronim putus tri perkawis.
Maka penyandingan istilah tersebut kerap merujuk pada makna kedudukan perempuan yang penuh tuntutan, yakni untuk merealisasikan tiga kewajiban wanita (tri perkawis), sebagai wanita, wadon, dan estri.
5.Nduk dan Nok
Kemudian ada juga sebutan nduk dan nok, yakni diperuntukkan bagi anak perempuan. Ndhuk dari kata si gendhuk. Gendhuk dimaknai sebagai sebutan yang akrab, dekat, penuh kasih pada anak perempuan. Dalam pengertian lain juga dianggap, sebagai orang (gadis muda) yang “selalu ada” dekat dengan seseorang (bisa orang tua, famili, atau majikan).
Gendhuk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Jawa. Sedangkan sebutan nok, merujuk pada alat vital anak perempuan yang paling rahasia, indah, mengindikasikan kesuburan yang baik, akrab dan juga sangatlah intim.
(Salman Mardira)