Pembawa Jhodang dipimpin oleh seorang Bekel atau Cucuk Lampah, yang kemudian disusul oleh pembawa tembang di sebelah kiri, bersama empat petugas yang membawa Jhodang, dan terakhir pramusaji perempuan yang bertugas menyajikan hidangan di meja tamu.
Sebelumnya, para delegasi menyaksikan Tarian Srimpi Pandelori yang diiringi musik Gendhing Pandhelori yang mempergunakan gamelan. Tarian tradisional ini biasanya ditampilkan hanya pada acara khusus di Keraton Yogyakarta.
Pilihan makanan dalam set menu Ladosan Dhahar Kembul Bujana dimulai dari makanan pembuka (appetizer) hingga makanan penutup (dessert) yang menjadi menu favorit para Sultan, mulai dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII hingga IX.
Sebanyak 11 menu dihidangkan untuk para delegasi G20, yaitu Bir Jawa, Roti Jok Semur Ayam, Ledre Pisang, Salad Mentimun, Dendeng Age, Sapitan Lidah, Zwaart Zuur (Bebek Asam Hitam), Lombok Kethok Sandung Lamur, Setup Pakis Taji, Nasi Pandan Wangi, dan Rondo Topo dengan Saus Karamel.
Ketua Kelompok Kerja Pendidikan G20 (Chair of G20 Education Working Group), Iwan Syahril mengatakan, melalui tradisi Ladosan Dhahar Kembul Bujana, ia berharap para delegasi bisa mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan selama berada di Yogyakarta. "Kami memperkenalkan budaya dan tradisi berusia ratusan tahun yang diwujudkan dalam bentuk keramahtamahan, tarian, dan masakan,” tuturnya.