Selain itu, faktor psikologis dominan menekankan pengalaman pengkondisian, sejarah hubungan sebelumnya, pelecehan sebelumnya, dan kognisi memainkan peran juga.
"Sejarah masa kecil orang-orang dengan parafilia mengungkapkan bahwa mereka sering terpapar kekerasan fisik, pelecehan seksual, kekerasan dalam keluarga, kurangnya pengawasan jika pelecehan itu dilakukan oleh seorang perempuan, dan hubungan orangtua dan anak yang buruk, pun soal distorsi kognitif dan sikap memainkan peran dalam parafilia," ungkap Mei.
Ia memberikan contoh, misalnya pelaku mungkin memiliki distorsi dalam cara berpikir tentang perilaku seksual mereka. Ini yang kemudian membuat mereka tidak tahu bahwa perilaku eksibisionis yang dilakukan itu tidak normal.
"Penelitian lain menunjukkan bahwa alkohol dan pengaruh negatif sering kali menjadi pemicu langsung dari insiden gangguan eksibisionistik," lanjut Mei.
Mei mengatakan bahwa kemungkinan trauma masa kecil bisa menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan ini, sehingga pelaku harus mendapatkan penanganan yang tepat, salah satunya menjalani terapi dengan teknik Psikoanalisis tradisional yang melibatkan proses panjang dari pencarian akar masalah di masa kecil.
"Permasalahan utamanya ialah justru banyak orang dengan gangguan ini tidak termotivasi untuk berubah, kecuali jika mereka percaya bahwa penanganan yang diberikan akan membebaskannya dari hukuman," tambah Mei.
(Helmi Ade Saputra)