GEISHA atau geiko biasa ditafsirkan sebagai seorang wanita penghibur profesional. Lazimnya geisha kebanyakan dilakoni oleh wanita, meski segelintir pria juga bisa berkecimpung di dalamnya.
Seorang geisha harus mampu menguasai beberapa jenis seni, yang umumnya tarian tradisional Jepang, menyanyi, sastra, puisi, merangkai bunga, dan memainkan alat musik tradisional. Selain menghibur melalui seni, geisha juga harus memiliki pengetahuan umum yang luas.
Geisha dapat ditemukan di beberapa kota di Jepang, termasuk Tokyo dan Kanazawa, tetapi ibu kota Kyoto menjadi tempat terbaik dan paling bergengsi untuk geisha, yang dikenal di sana sebagai geiko.
Ada lima daerah geiko utama (hanamachi). Empat di antaranya, Gion, Kobu, Gion Higashi, Miyagawacho dan Pontocho, terletak di sekitar daerah Gion di pusat Kyoto, sedangkan yang kelima adalah Kamishichiken yang terletak di dekat kuil Kitano Tenmangu.
Baca juga: Mengenal Tradisi Nyotaimori, Makan Sushi di Atas Tubuh Wanita Tanpa Busana
(Geisha, Foto: Instagram/@d17529)
Profesi geisha sebenarnya erat kaitannya dengan dunia prostitusi terutama di bagian barat. Namun, geisha sebenarnya tidak pernah menjadi pelacur. Reputasinya di Okiya hanya dibedakan pada keunggulan hiburannya yakni seni tradisional Jepang.
Aktivitas geisha diatur sejak tahun 1779 dan mereka sama sekali tidak memiliki hak untuk terlibat dalam prostitusi. Dalam perjalanan sejarah, mereka menghibur pelanggan mereka di lingkungan yang sama dengan pelacur.
Kebetulan kedua profesi itu sering bersinggungan di jamuan makan, sehingga imejnya melekat sebagai PSK atau pemuas nafsi lelaki hidung belang.
Selama Perang Dunia II, banyak geisha dikirim ke pabrik untuk berpartisipasi dalam upaya perang. Sementara para PSK di masa itu justru terinspirasi oleh gaya geisha sehingga rela menirunya demi memenangkan hati tentara Amerika. Di sinilah awal geisha diidentikkan sebagai wanita pemuas nafsu.