Dia menjelaskan, olahraga merupakan salah satu bentuk aktivitas fisik yang teratur yang memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi jasmani dan rohani dan secara tidak langsung dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia.
Namun, penting untuk memilih intensitas yang sesuai ketika seseorang memiliki riwayat penyakit jantung koroner ataupun risikonya seperti hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit diabetes, perokok, atau memiliki keturunan penyakit jantung pada keluarga.
“Terlebih jika telah terdapat gejala-gejala penyakit jantung koroner seperti nyeri dada saat beraktivitas, cepat lelah, sesak nafas jika berjalan jauh atau menaiki tangga, berdebar, dan lain sebagainya,” ujar dia.
Olahraga dapat meningkatkan permintaan darah dan oksigen ke dalam otot jantung. Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, terdapat sumbatan aliran darah koroner yang dapat menurunkan suplai darah ke dalam otot jantung.
“Di sini yang pada akhirnya terjadi mismatch antara suplai and permintaan yang berujung perburukan kondisi otot jantung. Terlebih jika terjadi penyumbatan koroner yang tiba-tiba (rupture plaq) saat berolahraga sehingga menyebabkan serangan jantung,” jelas dia.
Serangan jantung mendadak juga bisa dipicu konsumsi makanan dan minuman yang meningkatkan kadar gula serta kolesterol tinggi, juga lupa minum obat jantung bagi pasien yang sudah didiagnosis penyakit jantung koroner.
(Martin Bagya Kertiyasa)