Kurayakan Ulang Tahunmu dengan Akad

, Jurnalis
Sabtu 29 Juni 2019 00:15 WIB
Susi Fatimah dan Shulhan
Share :

Waktu melaju tanpa mempedulikan kegusaranku, seperti mengajakku move on, beranjak dari kisah lalu dan mulai menulis kembali romantisme baru. Hari-hariku dipenuhi istikhara, sebab aku tak ingin berlayar dengan perahu yang salah, aku tak ingin putar haluan dan kembali ke dermaga jika suda mengucap akad.

Lantas, semakin kemari, alam seperti menyuguhkan cerita anyar dengan lakon lama. Tak ada jalan untukku menjauh. Keluarga, sahabat, dosen dan orang-orang di sekelilingku mengiyakan bahwa aku mesti kembali dengan Susi Fatimah, perempuanku dulu. Herannya lagi, dari tatap, sikap, dan senyum anaknya, semua terpancar cinta. Aku seperti terpapar sihir lelaki kecil itu. Jadilah aku dipanggil Papa Donat dan tentu dia anak donat. Iya, ini tentang keluguan anaknya yang bahagia saat kusuguhkan jajanan kesukaannya, donat.

“Ah, sudahlah, mantan jadi manten ini,” selorohku pada sahabat baikku yang dibalasnya dengan sedikit ‘berkhutbah’, “Jalani saja, Han. Kalau Allah yang takdirkan, pastilah baik.” Ya, sudah, memang begini takdirnya, mungkin. Dan aku mencoba berkomunikasi dengan kedua orangtua dan meminta mereka melamar Susi sesuai saran dosenku tadi.

Hingga tiba waktunya, dengan segala kekurangan yang aku punya, kuberikan tulisan kecil ini padanya:

Sebenarnya, aku tak tahu bagaimana bersikap mesra di hari ulang tahunmu. Dalam hati dan pikiranku, hanya ada satu inisiatif, mengucap AKAD. Dan memang aku tak punya kemewahan untuk diberikan, kecuali janji suci itu.

Aku hanya lelaki biasa, tak bisa merayumu dengan bait-bait cinta layaknya Gibran, tak juga seperti Imam Albusyiri yang memuja "Cintanya" dengan syair-syair Qashidah Al-Burdah, apalagi seperti Sulaiman sang Nabi yang memindahkan singgasana Ratu Bilqis kedalam Istananya yang megah nan indah.

Aku hanya bisa menyapamu tulus, tanpa kepalsuan, dan penuh kesederhanaan. Meminjam ide-ide biasa dalam benakku untuk menyatakan kehangatan.

Barangkali, dari banyak kataku yang paling manis juga semua sikap beraniku, inilah yang paling ternekat. Sebab pikirku, setelah semua yang kita lewati, pahit, manis, dan segala yang membumbui kisah kita, cukup sudah untuk disia-siakan.

Aku hanya ingin menerima semua takdir ini dengan hati bersih, juga berlapang dada atas semua kisah yang berlalu. Mungkin nanti kau mulai menelisik ke dalam hatiku; tentang maafku, rinduku, sayangku, dan semua tentang kasih. Semoga kau terbiasa, tahu bagaimana sakit juga bahagianya aku.

Maafkan juga diriku, bukan baru sekarang kutunaikan niatan baik ini. Tapi Tuhan-lah yang telah membuat kisah ini sebegitu dramatis. Bersama, pergi, lalu kembali disatukan, tanpa rencana, tanpa sengaja, tanpa prasangka apapun sebelumnya, "kun fayakun" - Jadi, maka jadilah. Begitulah romantisme kita. Percaya saja, sebab Dia-lah sebaik-baiknya penulis cerita.

Insya Allah, akulah yang akan (paling) bertanggungjawab atas semua resolusi hidup kita nanti, dan apapun yang Allah tetapkan atas itu. Pun aku ingin mewujudkan apa yang ayahmu rindukan; berangkat ke masjid bersama menantu idamannya.

Dan di sinilah aku sekarang, beritikad mengucap AKAD di hari lahirmu (15 Juni), sekali saja untuk selamanya, juga menghadiahimu bacaan Surah Arrahman seperti yang kau impikan sejak awal kita jumpa. Selamat ulang tahun, Cinta. Bismillah!

(Muhammad Saifullah )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya