JAKARTA - Penyakit yang wajib diwaspadai saat cuaca panas ekstrem. BMKG memprediksi cuaca panas ekstrem yang melanda sejumlah wilayah baru akan mereda pada akhir Oktober hingga awal November 2025.
Adapun faktor yang menyebabkan cuaca panas ekstrem ini adalah pergeseran semu matahari ke wilayah selatan Indonesia. Selain itu, minimnya tutupan awan membuat sinar matahari langsung menyentuh permukaan bumi dan bertepatan dengan masuknya musim pancaroba.
Ternyata, cuaca panas ini bisa menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Sebuah studi tahun 2022 menyebut bahwa cuaca panas ekstrem bisa meningkatkan risiko kematian, terutama bagi individu yang lebih tua.
Ketika terpapar panas dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu tubuh kita, jantung harus bekerja lebih keras dan berdetak lebih cepat. Peningkatan kerja jantung ini bisa menyebabkan serangan jantung dan masalah jantung lainnya.
“Ketika kita terpapar panas dan terutama suhu yang lebih tinggi dari suhu tubuh kita, jantung harus bekerja lebih keras dan berdetak lebih cepat karena perlu mengedarkan darah ke kulit untuk memungkinkan keringat dan mekanisme lain yang digunakan tubuh untuk melindungi dari panas,” kata Dr. Jo Anna Leuck, MD, dekan asosiasi urusan pendidikan di Sekolah Kedokteran Burnett, Universitas Kristen Texas.
“Peningkatan pekerjaan dapat menyebabkan serangan jantung dan masalah jantung lainnya pada mereka yang berisiko.”
Serangan migrain memengaruhi 12 hingga 15% dari populasi umum dan bisa memberi efek melemahkan. Panas juga menambah efek inflamasi sehingga dapat memperpanjang migrain.
“Migrain bukanlah ‘sakit kepala yang buruk,’” kata Dr. Joshua Feinstein, MD, seorang dokter kedokteran darurat di Memorial Hermann.
“Panas menambah efek inflamasi yang dapat memperpanjang migrain,” kata Feinstein.
Ginjal membantu tubuh untuk mengatur cairan, sehingga dengan panas yang berlebihan menyebabkan keringat berlebih. Ginjal juga membutuhkan cairan untuk berfungsi, dan dengan cuaca panas ekstrem maka dapat meningkatkan risiko dehidrasi.
“Ginjal membantu tubuh kita mengatur cairan, dan dengan panas yang berlebihan menyebabkan keringat berlebih selain stresor lain pada tubuh, masalah ginjal dapat memburuk,” kata Leuck.
Sebuah studi tahun 2020 menunjukkan bahwa kondisi cuaca, termasuk suhu tinggi, menjadi faktor risiko stroke baru. Para penulis mencatat bahwa mungkin ada periode jeda satu hingga enam hari antara paparan cuaca panas dan terjadinya stroke.
Leuck menunjuk alasan yang sama seperti risiko serangan jantung sebagai penyebab utama peningkatan keparahan stroke. Panas ekstrem bisa membuat tubuh stres sehingga meningkatkan peluang terjadinya stroke, terutama bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi.
“Panas ekstrem menempatkan stres pada tubuh, terutama pada orang tua, dan ini dapat menyebabkan peningkatan kejadian stroke, terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi,” kata Leuck.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)