JAKARTA - Batik adalah kerajinan tangan bernilai seni tinggi dan merupakan bagian integral dari budaya Indonesia. Sebagai warisan leluhur yang diturunkan secara turun-temurun, seni ini bahkan telah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Budha.
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional setiap 2 Oktober, perlu diketahui bahwa secara etimologi, kata "batik" berasal dari singkatan bahasa Jawa, yaitu "amba" (menulis) dan "titik", yang berarti menulis dengan menggunakan titik.
Sejarah Singkat dan Nilai Kerohanian
Menilik kembali sejarahnya di tanah Jawa, dulunya kegiatan membatik hanya terbatas dilakukan oleh keluarga kerajaan (keraton). Kegiatan ini dipandang sebagai aktivitas yang penuh nilai kerohanian, menuntut pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa dari para putra-putri keraton yang melakukannya. Oleh karena itu, corak pada batik pun kaya akan simbol dan makna tertentu yang sakral.
Seiring berjalannya waktu, membatik kemudian berkembang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat umum.
Proses dan Keragaman Pengaruh
Batik diwarnai oleh pengrajin yang menggambar desain pada kain menggunakan titik-titik dan garis-garis lilin panas. Lilin ini berfungsi sebagai penahan (resis) terhadap pewarna nabati atau pewarna lainnya. Pengrajin dapat mewarnai kain secara selektif dengan mencelupkan kain ke dalam satu warna, menghilangkan lilin dengan air mendidih, dan mengulanginya lagi jika diinginkan beberapa warna.
Keragaman pola yang luas pada batik mencerminkan berbagai pengaruh budaya, mulai dari kaligrafi Arab, karangan bunga Eropa, burung phoenix Cina, hingga bunga sakura Jepang dan burung merak India atau Persia.
Batik, yang diwariskan secara turun-temurun, menjadi sebuah identitas budaya masyarakat Indonesia, mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas mereka melalui makna simbolis warna dan desainnya.
Batik dalam Kehidupan Sehari-hari dan Ritual
Batik meresap dalam kehidupan masyarakat Indonesia, dari awal hingga akhir hayat. Kain batik digunakan saat menggendong bayi dengan simbol-simbol yang dirancang untuk membawa keberuntungan, hingga sebagai kain penutup jenazah (batik penguburan).
Pakaian batik dikenakan secara teratur dalam berbagai suasana, baik untuk bisnis maupun akademis, serta dalam acara-acara khusus seperti perayaan pernikahan, kehamilan, teater boneka, dan bentuk seni lainnya, bahkan memainkan peran sentral dalam ritual-ritual tertentu.
Motif, Corak, dan Filosofi Hidup
Kain batik dengan berbagai coraknya membawa makna sakral, doa, serta harapan bagi pemakainya. Doa-doa ini terukir dalam motif-motif indah seperti Parang, Sekar Jagad, Kawung, dan banyak lagi, yang tersirat makna mendalam tentang kehidupan maupun sejarah suatu masyarakat.
Menurut laman Museum Batik Indonesia, Kamis (2/10/2025), sejarah batik di Nusantara ditunjukkan oleh adanya arca yang digambarkan mengenakan kain bermotif, merepresentasikan keberadaan motif batik di masa Hindu-Buddha. Contoh replika arca tersebut adalah Arca Prajnaparamita dan Arca Durga Mahisasuramardini.
Ragam corak dan warna batik juga dipengaruhi oleh berbagai budaya luar. Misalnya:
Batik Jawa Tengah (Yogyakarta dan Surakarta) dipengaruhi oleh kehidupan keraton.
Batik "pesisir" seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, dan Madura, dipengaruhi oleh budaya para pedagang.
Batik Bali banyak dipengaruhi oleh Hindu.
Secara umum, motif batik Nusantara rata-rata menampilkan unsur alam dan budaya dari daerah masing-masing, melambangkan falsafah hidup masyarakat setempat. Inilah sebabnya setiap daerah memiliki kekhasan corak dan warna yang unik.
(Rani Hardjanti)