JAKARTA - Daftar tokoh perempuan yang berperan di Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika memperjuangkan kemerdekaan indonesia, setiap golongan, baik kaum pria maupun wanita ikut berkontribusi untuk mengusir penjajah. Namun, masih banyak yang belum tahu jika perempuan memiliki peran yang penting untuk kemeredekaan indonesia.
Maka dari itu, berikut daftar tokoh perempuan yang berperan saat proklamasi kemerdekaan Indonesia:
Fatmawati, istri Presiden Soekarno sekaligus ibu negara pertama Indonesia, berperan penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Ia menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta, pada 17 Agustus 1945. Selain itu, Fatmawati juga menyiapkan dapur umum di rumahnya untuk menyediakan sarapan bagi rakyat yang hadir. Saat momen bersejarah itu berlangsung, Fatmawati yang lahir pada 5 Februari 1923 masih berusia 22 tahun.
Oetari hadir menyaksikan langsung detik-detik Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Saat itu, ia merupakan mahasiswi Ika Daigaku, sekolah kedokteran pada masa pendudukan Jepang. Selain menempuh pendidikan, Oetari juga bertugas sebagai anggota pos Palang Merah Indonesia (PMI) di Bidara Cina. Kemudian, ia menikah dengan teman sekampusnya, Cr. Suwardjono Surjaningrat, yang kelak menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada era Soeharto periode 1978–1988.
Surastri Karma Trimurti, atau SK Trimurti, adalah aktivis pergerakan perempuan muda yang sempat ditunjuk untuk mengibarkan bendera Merah Putih saat Proklamasi Kemerdekaan. Namun, ia menolak tugas tersebut karena saat itu hanya mengenakan kebaya dan jarik, serta merasa bendera sebaiknya dikibarkan oleh seseorang yang berseragam. Atas pertimbangannya itu, ia merekomendasikan Latief Hendraningrat dari PETA (Pembela Tanah Air).Perempuan kelahiran Boyolali, 11 Mei 1912 ini, berprofesi sebagai wartawan dengan tulisan-tulisan yang kerap membuat pemerintah Belanda gerah. Ia dikenal vokal menentang kolonialisme dan menolak segala bentuk penjajahan Belanda. Sebelum terjun ke dunia jurnalistik, SK Trimurti pernah mengajar di sekolah dasar di Surakarta, Bandung, Banyumas, dan Solo pada 1940. Meski sering menjadi sorotan tajam pihak kolonial, semangatnya tak pernah surut, bahkan semakin berani menyuarakan pemikirannya melalui tulisan.
Gonowati Djaka Sutadiwiria adalah mahasiswi sekolah tinggi kedokteran Ika Daigaku asal Semarang sekaligus anggota Palang Merah Indonesia (PMI). Ia berperan dalam penyelenggaraan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.Pada saat itu, Gonowati bertugas sebagai anggota pengamanan untuk memastikan jalannya proklamasi berlangsung aman dan tertib, mengingat adanya kekhawatiran tentara Jepang akan mengacaukan acara bersejarah tersebut. Dalam masa perang kemerdekaan, ia juga aktif sebagai anggota PMI yang membantu mengumpulkan obat-obatan.
Perempuan asal Jepang ini turut berjasa dalam momen menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebagai sekretaris urusan rumah tangga Laksamana Maeda, ia berinisiatif meminjamkan mesin ketik untuk pengetikan naskah proklamasi. Saat itu, di rumah Laksamana Tadashi Maeda hanya tersedia mesin ketik dengan huruf kanji. Dengan dikawal beberapa pemuda, Satsuki meminjam mesin ketik buatan Jerman dari Kolonel Hermann W. Kandeler, komandan Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) yang berkantor di Gedung KPM (kini Pertamina) di Koningsplein, atau Medan Merdeka Timur.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)