Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tembus Industri Fashion Hijab dengan Modal Nekat, Begini Kisahnya

Gilang Patria Ramadhan Baskoro , Jurnalis-Senin, 11 Agustus 2025 |07:05 WIB
Tembus Industri Fashion Hijab dengan Modal Nekat, Begini Kisahnya
Tembus Industri Fashion Hijab dengan Modal Nekat, Begini Kisahnya (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Kisah inspiratif datang dari Zyta, pemilik brand fashion perempuan ternama Zytadelia, yang membuktikan bahwa modal nekat dan kemauan belajar bisa membawa kesuksesan besar di industri fashion Tanah Air. Dalam wawancara bersama Okezone, Zyta menceritakan perjalanan panjangnya membangun bisnis selama 10 tahun terakhir, dari mesin jahit sederhana hingga menjadi brand yang dikenal luas.

Awal Mula dari Mesin Jahit dan BBM

Perjalanan Zyta dimulai saat masih kuliah jurusan Tata Busana. Bermodal mesin jahit, ia membuat dan menjual pakaian secara mandiri. “Dulu tuh masih zaman BBM, selalu aja ada yang beli. Dari situ kekumpul modal,” kenangnya saat podcast Herspective.

Ia juga sempat menjadi reseller brand besar dengan sistem pre-order yang membantu menambah modal kuliah.

Pada 2015, setelah memutuskan berhijab, Zyta merasa produk yang dijualnya tidak lagi sesuai citra pribadinya. Ia pun banting setir menjual hijab yang dijahit sendiri dari kain yang dibeli di pasar. Meski awalnya hanya laku 12 potong per bulan—kebanyakan dibeli teman—Zyta tetap bersemangat.

Memanfaatkan Instagram dan Hashtag

Zyta mulai memasarkan produknya lewat Instagram saat fitur hashtag masih efektif. Strategi ini membuat produknya mudah ditemukan calon pembeli. “Upload foto, kasih hashtag, ada aja yang beli,” ujarnya.

Namun, permintaan yang terus meningkat membuatnya kewalahan menjahit sendiri hingga 30 potong per bulan. Saat itulah ia menemukan teknologi digital printing untuk mempercepat produksi.

Terobosan dan Bazar Fashion

Langkah besar terjadi ketika ia melakukan photoshoot dengan influencer Megai Skanti. Hasil foto diunggah ke Instagram dan langsung meningkatkan permintaan. Modal yang terkumpul membawanya ikut Indonesian Fashion Week 2017, yang kala itu sangat ramai pengunjung.

“Step by step, nggak ada yang instan. Dari bazar, kumpul modal lagi, belanja lagi,” tuturnya.

 

Bertahan di Masa Pandemi

Memasuki 2019, Zyta mulai memproduksi baju. Namun, stok melimpah akibat pandemi COVID-19 memaksanya berpikir kreatif. Ia memutuskan menjual stok jilbab reject untuk mendapatkan arus kas tanpa melakukan lay-off.

Langkah ini sukses, dan ia bahkan mengembangkan produk masker serta scarf antibakteri yang dijual satu paket dengan motif senada. Inovasi ini membuat penjualan 2021 menjadi yang terbaik sebelum pandemi.

Dari Kamar Tidur ke Gedung Sendiri

Awalnya, produksi dilakukan di kamar tidur yang juga berfungsi sebagai ruang jahit, gudang, dan tempat packing. Seiring berkembangnya bisnis, Zyta meminta izin menggunakan ruang tamu orang tuanya. Hingga akhirnya, saat hamil anak pertama, ia membangun gedung kecil berukuran 3x3 meter untuk memisahkan area produksi.

Dukungan keluarga sangat besar. “Mama QC, Papa packing. Papa rapi banget administrasinya, semua dicatat,” ujar Zyta.

Kunci Sukses

Bagi Zyta, kunci bertahan di industri fashion adalah adaptasi cepat dan terus memunculkan ide baru. “Kalau nggak beradaptasi, kita ketinggalan,” tegasnya.

Kisah Zyta membuktikan bahwa tekad, kreativitas, dan dukungan keluarga bisa mengubah modal nekat menjadi brand fashion yang disegani di Indonesia.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement