“Selain karya seni, upaya pelestarian juga menyentuh koleksi pribadi seperti perangko, uang kuno, dan benda-benda otentik lain yang membawa aroma sejarah. Beberapa bahkan masih tersegel dan disimpan dalam kondisi asli. Menariknya, riset ini turut mengungkap bagaimana elemen-elemen sejarah masuk ke dalam ruang publik seperti penamaan jalan di kota-kota, termasuk di Purwokerto,” katanya.
Dialog bersama seniman ini dihadiri oleh Budayawan Taufik Rahzen, Seniman Lukis Galam Zulkifli, Paul Hendro, Agus Baqul Purnomo, Dipo Andy, Yayat Surya, pengurus Iniseum, dan beberapa seniman DI Yogyakarta.
Di akhir diskusi, Menbud Fadli menyatakan bahwa narasi ini memperlihatkan bahwa pelestarian sejarah tidak selalu hadir dalam bentuk monumental, tetapi juga melalui kumpulan data kecil, jejak visual, dan kisah personal yang jika dirangkai dapat membentuk peta memori kolektif bangsa.
(Agustina Wulandari )