Rujak juhi dibuat dari cumi-cumi kering (juhi) yang difermentasi, disajikan dengan sayuran segar, kerupuk mie, dan siraman saus kacang yang gurih tanpa gula jawa. Berasal dari pengaruh budaya Tionghoa dan Jawa, hidangan ini punya rasa yang khas dan tekstur yang menggoda.
Nama geplak berasal dari proses pembuatannya yang dipadatkan dan ditekan ("dikeplak"). Terbuat dari tepung beras sangrai, kelapa parut, dan gula, kue ini adalah hasil kreativitas masyarakat Betawi pinggiran sejak awal 1900-an, memanfaatkan bahan-bahan sederhana yang tersedia di sekitar mereka.
Mie kangkung adalah hidangan berkuah kental hasil perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi. Kuahnya berasal dari kaldu sapi yang dibumbui kecap dan rempah-rempah, disajikan dengan mie kuning, kangkung segar, serta tambahan seperti bakso dan jamur. Rasanya gurih, manis, dan memikat.
Sagon sembur memiliki tekstur bubuk dan disarankan disantap sambil menutup mulut, karena jika tidak, bubuknya bisa menyembur ke mana-mana! Dibuat dari santan, gula, dan pandan, kue ini dulunya berasal dari upaya masyarakat memanfaatkan sisa nasi yang diolah kembali menjadi camilan nikmat.
Jantung pisang yang dimasak dengan santan dan rempah menjadi gecok, hidangan khas Betawi yang pedas dan gurih. Kata “gecok” sendiri berarti “direbus dengan santan”. Makanan ini lahir dari masa kolonial sebagai cara memanfaatkan bahan yang murah dan mudah didapat.
Meski namanya terdengar ekstrem, tahu siksa hanya merujuk pada cara menggorengnya, yakni dengan minyak sedikit sehingga terlihat seperti ‘disiksa’ dalam wajan. Renyah di luar, lembut di dalam, dan sering disajikan dengan saus kacang pedas, tahu ini kembali naik daun di kalangan penikmat jajanan lawas.
(Kemas Irawan Nurrachman)