Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Endometriosis, Masalah Kesuburan Wanita yang Sering Dianggap Nyeri Haid Biasa

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Kamis, 12 Juni 2025 |21:57 WIB
Endometriosis, Masalah Kesuburan Wanita yang Sering Dianggap Nyeri Haid Biasa
Endometriosis, Masalah Kesuburan Wanita yang Sering Dianggap Nyeri Haid Biasa. (Foto: Ist)
A
A
A

JAKARTA – Bagi banyak pasangan, kehamilan adalah impian yang tampak sederhana hingga kenyataan membuktikan sebaliknya. Di balik dua garis merah test pack yang dinanti-nanti, tersimpan kisah panjang perjuangan dan harapan.

Salah satu tantangan tersembunyi dalam perjalanan ini adalah endometriosis, kondisi yang kerap disalahartikan sebagai nyeri haid biasa, padahal bisa berdampak serius pada kesuburan.

Menurut dr. Steven Aristida, Sp.OG, Subsp.FER., dokter fertilitas dari Klinik Bocah Indonesia, endometriosis terjadi ketika jaringan mirip lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim, seperti ovarium, saluran tuba, bahkan di belakang leher rahim.

Masalahnya, jaringan ini tetap berdarah setiap bulan mengikuti siklus menstruasi, namun karena tidak bisa keluar dari tubuh, terjadilah peradangan, nyeri hebat, dan perlengketan organ yang dapat menghambat pembuahan.

nyeri haid

“Banyak perempuan yang menormalisasi nyeri haid hebat, padahal itu bisa jadi tanda endometriosis. Apalagi kalau sampai mengganggu aktivitas, berhubungan intim terasa sakit, atau nyeri saat buang air. Itu tanda tubuh memberi sinyal,” ujar dr. Steven, dalam keterangannya dikutip Kamis (12/6/2025).

Lanjutnya, yang membuat endometriosis berbahaya adalah sifatnya yang diam-diam merusak. Banyak perempuan baru mengetahui keberadaan kondisi ini saat mereka menjalani program kehamilan setelah bertahun-tahun mencoba. Bahkan, kasus tanpa gejala bisa tetap menyebabkan kista, peradangan, dan penyumbatan saluran tuba yang menghambat kehamilan alami.

Di sinilah pentingnya edukasi dan deteksi dini. Pemeriksaan rutin kesehatan reproduksi minimal setahun sekali sangat disarankan, bahkan bagi perempuan yang belum menikah atau belum aktif secara seksual.

 

“USG bisa dilakukan lewat anus (transrectal), bukan vagina, jadi tetap aman dan tidak menimbulkan rasa sakit,” tambah dr. Steven, menekankan bahwa stigma dan rasa malu tak seharusnya jadi penghalang untuk menjaga kesehatan reproduksi.

Dr Steven mengatakan, selain IVF atau inseminasi buatan, program hamil yang bisa dicoba adalah teknologi EMBRACE (pembacaan lingkungan kultur embrio) dan ROSI (injeksi sperma imatur tingkat lanjut), yang membantu pasangan dengan kasus yang sangat kompleks.

“Program ini banyak membantu pasangan untuk mendapatkan keturunan. Lebih dari 22.000 pasangan telah kami dampingi, dan lebih dari 400 bayi lahir melalui program bayi tabung (IVF).

Dr Steven menekankan, endometriosis bukanlah akhir dari segalanya. Dengan edukasi, deteksi dini, dan dukungan medis yang tepat, harapan untuk menjadi orang tua tetap terbuka lebar.

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement