Dalam banyak kasus, operasi caesar menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Namun di sisi lain, prosedur ini juga bisa berujung pada tragedi jika dilakukan tanpa keahlian memadai. Taruhannya adalah nyawa manusia.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum POGI, dr. Yudi Mulyana Hidayat, “Operasi caesar adalah tindakan medis kompleks. Mengizinkan dokter umum melakukannya tanpa pelatihan khusus jelas membahayakan dan bertentangan dengan prinsip kompetensi berjenjang.”
Senada, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa keselamatan ibu dan bayi tak boleh dikompromikan. “Gimana ibu-ibu hamil, apakah sudah siap dioperasi sesar oleh dokter umum?” tanya Ketua Umum IDAI, dr. Piprim Yanuarso, dalam pernyataan kritisnya.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi telah menjalani pendidikan formal selama bertahun-tahun setelah lulus dokter umum.
Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktek klinis intensif dalam menghadapi komplikasi, menangani kegawatdaruratan, dan mengambil keputusan yang bisa berdampak pada hidup-mati pasien.
Menggantikan mereka dengan dokter umum yang hanya mengikuti pelatihan singkat tentu mengundang risiko besar.
“Ini bukan soal niat baik, tapi soal kompetensi. Tidak bisa instan,” tegas pakar kebijakan kesehatan, Hermawan Saputra.
Melahirkan melalui operasi caesar bukanlah opsi ringan. Ini adalah prosedur bedah besar dengan risiko nyata, yang hanya bisa ditangani oleh tenaga medis yang benar-benar kompeten dan berpengalaman.
Usulan memperbolehkan dokter umum menangani operasi caesar dinilai harus ditimbang secara sangat hati-hati. Jika keselamatan nyawa ibu dan bayi menjadi taruhannya, maka tidak ada ruang untuk kompromi.
Pelayanan kesehatan di daerah terpencil memang harus diperbaiki, tapi bukan dengan mengorbankan standar kompetensi medis.
Karena dalam ruang operasi, satu kesalahan kecil bisa jadi perbedaan antara hidup dan mati.
(Kemas Irawan Nurrachman)