Usulan ini juga menimbulkan pro dan kontra di kalangan dokter spesialis dan praktisi medis. Mereka khawatir bahwa tanpa pelatihan dan keahlian yang cukup, risiko kegagalan medis akan meningkat, yang dapat membahayakan ibu dan bayi.
Mereka menilai bahwa pelatihan dokter umum untuk melakukan tindakan sekompleks itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Salah satunya dari Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Kebidanan dan Kandungan, dr. Purnawan Senoaji. Melalui postingan di akun Instagramnya, dia memberikan pendapatnya terkait usulan Menkes tersebut.
Operasi sesar (sectio caesarea/SC) kerap dianggap sebagai tindakan medis yang "rutin" dalam dunia kebidanan dan kandungan.
Namun, menurut dr. Purnawan, kenyataannya jauh lebih kompleks.
“SC bukan hanya tindakan buka perut lalu lahirkan bayi," ungkapnya, melalui akun Instagramnya, @purnawansenoaji_dr.
Yang justru lebih menantang adalah proses pengambilan keputusan: kapan SC diperlukan, seberapa mendesak, apa risikonya, dan bagaimana mitigasi komplikasi yang mungkin terjadi.
Kesiapan Dokter Harus Menyeluruh, Termasuk Hadapi Komplikasi Berat
Dr. Purnawan menekankan bahwa seorang dokter yang mampu melakukan SC seharusnya juga siap menghadapi kemungkinan terburuk, termasuk prosedur histerektomi atau pengangkatan rahim.
"Dokter yang mampu SC harus mampu kerjakan histerektomi jika terjadi komplikasi untuk menyelamatkan nyawa pasien," ujarnya.