Pernikahan lavender juga merupakan cara untuk menjaga citra publik terhadap seorang selebritas, terutama jika selebritas ini terkenal karena penampilan atau daya tarik seksnya.
Pada akhir abad ke-20 membawa perubahan bagi komunitas LGBTQ+, terutama setelah kerusuhan Stonewall pada 1969. Karena itu, pernikahan lavender antara selebritas menjadi kurang umum.
Meskipun pernikahan lavender biasanya dikaitkan dengan selebritas LGBTQ+, orang-orang dari semua latar belakang telah menggunakannya untuk perlindungan dan kenyamanan.
Di wilayah-wilayah tertentu, individu dengan LGBTQ+ kerap menghadapi diskriminasi, kekerasan, atau masalah hukum.
Karena itu pernikahan lavender dianggap dapat menawarkan tingkat keamanan dan keselamatan pribadi dengan menutupi identitas seksual seseorang yang sebenarnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)