Mantan wakil sekretaris di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan dr. Rick Bright, mengingatkan bahwa dengan virus menyebar di peternakan, peluang penularan ke manusia meningkat.
"Kita tidak tahu berapa banyak sapi yang terinfeksi, dan berapa banyak orang yang telah terpapar. Jika kita tidak menemukan virus ini sebelum bermutasi, semua upaya kita untuk mengendalikannya akan sia-sia," tutur dr. Rick.
Saat ini, virus ini telah menyebar luas di peternakan sapi perah di California, menambah kekhawatiran tentang wabah lebih luas di kalangan pekerja pertanian. Banyak peternakan melaporkan bahwa 50 hingga 60 persen ternak mereka terinfeksi, dengan sekitar 15 persen sapi mati.
"Dengan semakin banyak ternak yang terinfeksi, wajar bagi produsen untuk merasa khawatir dan ingin tahu cara mencegah penyakit ini memasuki ternak mereka," tuturnya.
Secara nasional, lebih dari 100 juta unggas di 48 negara telah terinfeksi, termasuk 295 peternakan sapi perah di 14 negara. Pasien di California menunjukkan gejala seperti mata berair, demam ringan, dan hidung meler. Ketika lima pekerja unggas terinfeksi pada bulan Juli, mereka juga mengalami gejala serupa dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Gejala flu burung bisa bervariasi, mirip dengan gejala flu biasa, seperti nyeri tubuh, sesak napas, radang mata, diare, mual, dan muntah. Dalam kasus yang parah, flu burung dapat menyebabkan pneumonia dan kegagalan pernapasan. Virus ini menyebar melalui air liur, lendir, dan kotoran hewan yang terinfeksi, dapat bertahan di berbagai permukaan hingga 48 jam tergantung suhu dan kelembapan.
(Leonardus Selwyn)