LIMFOMA adalah salah satu jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, bagian penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Ada dua jenis utama limfoma, yaitu Limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Menurut data Globocan 2022, Indonesia mencatatkan 1.294 kasus baru dengan kematian sebanyak 373 kasus. Angka ini naik dari data Globocan di tahun 2020 yang mencatat 1.188 kasus baru dengan 363 kematian.
Pakar hematologi-onkologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, menjelaskan meningkatnya kasus kanker limfoma di Indonesia karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut.
“Banyak pasien baru datang ke dokter setelah penyakit mereka sudah memburuk. Tidak jarang, mereka juga mengalami salah diagnosis karena gejalanya yang tidak spesifik dan sering menyerupai penyakit lain,” ujar dr Andhika saat ditemui dalam acara Memperingati Bulan Kesadaran Limfoma bersama PT Takeda Indonesia, di Jakarta baru-baru ini.
Dokter Andhika mengatakan bahwa gejala kanker limfoma hodgkin sering dikaitkan dengan tuberkulosis (TB). Pasalnya gejala awal yang muncul adalah batuk.
"Kanker limfoma merupakan penyakit inflamasi, sedangkan TB adalah penyakit infeksi. Keduanya bisa menyebabkan batuk, terutama karena kelenjar getah bening yang membesar di area paru-paru," kata dr Andhika.
Untuk perbedaan batuknya sendiri, bisa dilihat dari periode pengobatan. Dokter Andhika menjelaskan pada kasus TBC, saat menjalani pengobatan selama dua bulan biasanya akan menunjukkan perubahan yang signifikan pada pasien.
"Pasien TBC yang awalnya kurus, lemas, dan kehilangan nafsu makan biasanya akan kembali segar setelah menjalani pengobatan," katanya.
Namun, jika kondisi pasien tidak membaik, ini bisa menjadi tanda bahwa gejala yang dialami mungkin disebabkan oleh kanker limfoma. Apalagi bila disertai dengan muncul benjolan di area kelenjar getah bening, demam lebih dari 38 derajat celcius tanpa penyebab yang jelas, keringat berlebihan di malam hari, serta penurunan bobot badan lebih dari 10 persen dalam enam bulan berturut-turut tanpa disertai diet dan penyakit lain.
Selain itu, meskipun TB juga bisa menyebabkan benjolan di tubuh akibat infeksi, benjolan pada kanker limfoma cenderung lebih banyak dan mengikuti jalur kelenjar getah bening.
“Pasien harus menjalani rontgen untuk melihat apakah ada perbaikan, apakah TB terdapat di kelenjar atau paru-paru," katanya.