BUTUH 12 abad bagi Baghdad untuk mencapai puncak kejayaannya yang dibanjiri oleh kekayaan budaya dan material. Dengan sungai yang berkelok-kelok dan jalan-jalan raya yang panjang, pasar-pasar yang penuh sesak, dan istana-istana modern yang menakjubkan. Seperti kebanyakan kota besar di dunia, Baghdad memulai kisahnya dengan sebuah sungai.
Melansir Gulf News, dibanding ibu kota Mesopotamia kuno, Babilonia, yang terletak 55 mil di selatan, Baghdad adalah kota yang terbilang baru. Kota ini pertama kali muncul sebagai permukiman di sebelah Sungai Tigris pada masa pra-Islam, setidaknya pada tahun 1800 SM.
Namun, baru pada tahun 762 M kota ini menjadi ibu kota dunia muslim. Seluruh dunia segera mengetahui tentang kota bundar bertembok yang menjadi latar banyak kisah seribu satu malam.
Baghdad kerap dijuluki sebagai negeri saribu satu malam. Julukan itu sejatinya berasal dari salah satu karya sastra terkenal berjudul 'Alf Lailah wa Lailah' (kisah seribu satu malam), yang menceritakan kepemimpinan khalifah Harun Al-Rasyid hingga membawa Baghdad pada puncak kejayaannya.
(Foto: Instagram/@visit.baghdad)
Baghdad diperintah oleh Raja Harun Al Rashid, khalifah atau pemimpin kekaisaran Islam. Ia menjadikan kota itu sebagai pusat budaya, memberikan hadiah kepada para penyair dan seniman untuk karya-karya yang menarik perhatiannya.
Putranya, Mamum, menyisihkan satu hari dalam seminggu untuk membahas masalah keagamaan dan intelektual, serta memerintahkan banyak karya sastra asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Baghdad pernah berkuasa sebagai kota terpenting di dunia, ibu kota kekaisaran yang membentang dari Afrika Utara hingga ke pinggiran China. Akhirnya, kekaisaran itu terpecah belah dan pusat dunia muslim bergeser ke Kairo, Mesir.