Azhar mengungkapkan poin-poin utama dalam Stranas Pengendalian Resistensi Antimikroba Sektor Kesehatan 2025-2029, sebagai berikut:
1. Pendekatan One Health: Meski untuk sektor kesehatan manusia, Stranas AMR menekankan pendekatan lintas sektor, yang mencakup kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mengatasi resistensi antimikroba secara holistik.
2. Penguatan Kapasitas Laboratorium: Fokus pada peningkatan kapasitas laboratorium kesehatan di seluruh Indonesia untuk mendeteksi dan memantau resistensi antimikroba lebih efektif.
3. Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Promosi penggunaan antibiotik yang bijak di semua sektor, termasuk pengendalian penggunaan antibiotik pada hewan ternak dan perikanan.
4. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran Publik: Sosialisasi kepada masyarakat yang lebih intensif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya resistensi antimikroba.
5. Keterlibatan Aktif Pemangku Kepentingan terkait: Meningkatkan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, baik sektor swasta, akademisi maupun masyarakat dalam pengendalian AMR.
Butuh Komitmen Kuat
Di sisi lain, regulasi pengendalian resistensi antimikroba di Indonesia dinilai sudah cukup baik dan komprehensif, khususnya kebijakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman Penggunaan Antibiotik.
“Akan tetapi, dibutuhkan pembinaan dan pengawasan pada tataran implementasi yang dimulai dari sosialisasi kebijakan/peraturan dimaksud. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah, pemerintah daerah dan pimpinan rumah sakit dalam melakukan penerapan pengendalian AMR di tingkat pusat, daerah, dan di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba,” kata Azhar Jaya.
“Tahapan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap implementasi PPRA telah masuk dalam kegiatan Stranas AMR 2025 – 2029," ujarnya.
Berdasarkan laporan 'Global antimicrobial resistance and use surveillance system (GLASS)' tahun 2022 yang diterbitkan WHO, diperkirakan terdapat 4,95 juta kematian terkait dengan resistensi antibiotik bakteri, mencakup 1,27 juta kematian yang disebabkan oleh AMR bakteri pada 2019.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau penyalahgunaan antibiotik adalah penyebab utama AMR. Tingkat kejadian resistensi antimikroba yang lebih tinggi pun telah tercatat di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah dibanding negara-negara berpenghasilan tinggi.
Selain kematian, World Bank memperkirakan, AMR dapat mengakibatkan tambahan biaya layanan kesehatan sebesar 1 triliun dolar AS pada 2050 dan kerugian produk domestik bruto (PDB) sebesar 1 triliun dolar AS hingga 3,4 triliun dolar AS per tahun pada 2030.
(Leonardus Selwyn)