Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hadapi Ancaman Megathrust, Simak Langkah Mitigasi Bencana untuk Pengelola Wisata

Wiwie Heriyani , Jurnalis-Rabu, 28 Agustus 2024 |16:03 WIB
Hadapi Ancaman Megathrust, Simak Langkah Mitigasi Bencana untuk Pengelola Wisata
Ilustrasi (Foto: Pexels/Wilson Malone)
A
A
A

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, prediksi gempa megathrust bukan isapan jempol belaka. 

Bahkan, wilayah yang berpotensi gempa tersebut tidak hanya di Indonesia saja, namun juga wilayah lain seperti Jepang dan Hawaii.

Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah mengimbau agar prediksi ini harus disikapi dengan upaya mitigasi secara berkelanjutan, tidak terkecuali bagi para pihak pengelola objek wisata. 

Lantas, apa saja yang harus dipersiapkan oleh pihak pengelola tempat wisata dalam upaya mitigasi bencana ini?

Suci mengatakan, hal pertama yang perlu dipersiapkan adalah dengan menyiapkan assesment. Artinya, kawasan wisata ataupun pengelola wisata mampu memahami potensi bahaya yang dapat melanda wilayahnya.

"Pertama menyiapkan assesment, artinya kawasan wisata ataupun pengelola wisata mampu memahami potensi bahaya yang dapat melanda wilayahnya," ujar Suci, melansir dari website resmi Kemenparekraf, Rabu (28/8/2024).

Kemudian, lanjut Suci, yakni dengan membangun kesiapsiagaan. Mulai dari identifikasi jumlah wisatawan, hingga alur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu evakuasi yang jelas, utamanya di tiap-tiap penginapan atau hotel. 

Seluruh pegawai hotel juga diharapkan telah mendapatkan training dan sosialisasi serta simulasi bencana yang dilakukan secara rutin.

 

“Kedua, menyiapkan materi informasi kesiapsiagaan atau materi edukasi. Jangan lupa memberikan safety briefing terhadap tamu yang datang,” ungkapnya. 

“Sehingga, tamu memahami apabila dalam kondisi darurat apa saja yang harus dilakukan," tambah Suci.

Hal senada disampaikan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Weniza. Menurutnya, megathrust tidak hanya menjadi isu nasional namun juga internasional.

Karenanya, berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan. Terutama memperkuat kesiapsiagaan masyarakat.

“Bicara panduan, pada tahun 2020 Indonesia telah melahirkan ISO 22328-3 dengan judul Guidline for Implementation of The Tsunami Warning System. Panduan ini sebagai instrumen praktis yang dapat diacu berbagai sektor khususnya pariwisata,” ungkap Weniza.

 

Lebih lanjut Dr. Weniza mengungkapkan ISO 22328-3 yang digagas oleh Indonesia kemudian dipublikasikan oleh ISO International Standard Organization pada 2023. 

Ini membuktikan bahwa Indonesia mampu mengembangkan konsep berbasis internasional yang lahir melalui pemikiran dan proses pembelajaran panjang dari sederet bencana yang telah dialami.

Di dalam buku panduan tersebut dibahas mengenai kesiapan masyarakat, pemantauan peringatan dini, kemampuan dalam merespons peringatan dini, hingga komitmen menjaga keberlangsungan dan kesiapan masyarakat.

“ISO yang telah lahir berangkat dari inisiasi Indonesia ini tentu harapannya mampu untuk mengurangi dampak mitigasi risiko dan akan mendorong tourism business continuity,” tutupnya.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement