Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Antara Minuman Manis dengan Nasi Putih, Mana yang Lebih Punya Risiko Diabetes?

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Rabu, 28 Agustus 2024 |16:47 WIB
Antara Minuman Manis dengan Nasi Putih, Mana yang Lebih Punya Risiko Diabetes?
Karbohidrat dalam Nasi Putih. (Foto: Freepik)
A
A
A

YAYASAN Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebu mengonsumsi minuman manis memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan diabetes tipe 2 dan obesitas. Nantinya, efek ini akan berdampak langsung pada resistensi insulin dibandingkan nasi putih.

Ketua Sementara YLKI Indah Sukmaningsih menjelaskan, minuman manis seperti soda atau teh kemasan mengandung tambahan gula dalam jumlah tinggi. Mengonsumsinya pun akan secara langsung menaikkan kadar gula darah tanpa memberikan manfaat gizi apapun. 

Indah mengatakan, penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa minuman manis dan nasi putih dapat meningkatkan risiko diabetes, namun dalam kadar yang berbeda. Konsumsi minuman manis secara teratur sangat terkait dengan peningkatan risiko obesitas dan diabetes tipe 2. 

Sebaliknya, nasi putih, meskipun memiliki indeks glikemik tinggi, tidak mengandung tambahan gula dan menyediakan karbohidrat. sumber energi, apalagi jika dikonsumsi dalam porsi wajar.

“Namun agar tetap sehat, pilihan yang lebih aman adalah dengan mengurangi konsumsi keduanya, mengganti gula dengan air putih atau teh tanpa gula dan mengganti nasi putih dengan lebih banyak karbohidrat, seperti nasi merah atau quinoa,” ujarnya dalam keterangan tertulis YLKI.

YLKI percaya bahwa kesehatan masyarakat Indonesia memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup kebijakan fiskal seperti pajak cukai, peraturan yang ketat dan kampanye pendidikan yang masif. Bea cukai minuman manis kemasan (PSB) tetap menjadi solusi efektif untuk mengubah perilaku konsumsi gula di masyarakat.

 

“Cukai MBDK merupakan bagian integral dari upaya ini yang diharapkan dapat membantu masyarakat Indonesia mengurangi konsumsi gula yang berlebihan dan mencegah peningkatan prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di masa depan”, Indah. katanya. .

Peta jalan yang diusulkan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) yang mengusulkan pengendalian gula, garam, dan lemak (GGL) sebagai alternatif pengenaan cukai MBDK, dinilai YLKI sebagai alternatif. durasi yang lama. upaya Namun hal ini selalu dibarengi dengan kebijakan fiskal yang konsisten untuk menghasilkan perubahan perilaku konsumsi yang diperlukan.

“Argumentasi bahwa kontribusi minuman manis terhadap total konsumsi gula nasional hanya sebesar 4 persen tidak menyurutkan urgensi pengendalian produk tersebut. “Di sisi lain, “Pemberlakuan cukai akan secara langsung mendorong produsen untuk mengatur kadar gula pada produknya,” ujarnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement