Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ketergantungan Gadget Berpotensi Sebabkan Masalah Kesehatan Leher, Ini Penjelasannya

Azallea Nasafka Suryantara , Jurnalis-Kamis, 22 Agustus 2024 |17:00 WIB
Ketergantungan Gadget Berpotensi Sebabkan Masalah Kesehatan Leher, Ini Penjelasannya
Terlalu banyak gunakan gadget sebabkan masalah kesehatan leher. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

SEORANG pria bernama Jonathan Wu asal Singapura mendapati dirinya semakin tergantung pada perangkat seluler selama masa pandemi Covid-19 pada 2020. Pria berusia 34 tahun yang bekerja dari rumah, mengalami perubahan gaya hidup yang kurang aktif, sehingga dia menghabiskan banyak waktu untuk menatap layar ponsel dan komputernya.

Melansir dari Asiaone Kamis (22/8/2024), selama periode tersebut, Wu tidak lagi mengunjungi lokasi proyek dan lebih banyak mengikuti pertemuan secara online melalui perangkat digitalnya.

“Saya mulai mengembangkan kebiasaan buruk dengan menjepit ponsel di antara leher dan bahu saat bekerja, membuat leher saya dalam posisi miring yang tidak alami untuk waktu yang lama,” ujar Wu.

Akibat kebiasaan ini, Wu mulai merasakan nyeri leher yang parah, disertai sakit kepala yang mengganggu tidurnya, serta kesulitan saat mengemudi. Kondisi ini membuatnya merasa stres hingga dia terpaksa memberitahu atasan bahwa dirinya tidak bisa melanjutkan pekerjaan.

Wu bukanlah satu-satunya yang mengalami masalah serupa. Para dokter mencatat adanya peningkatan jumlah pasien yang mengeluhkan nyeri leher dan ketegangan otot, terutama di kalangan usia yang lebih muda. Banyak dari kasus ini terkait dengan kondisi yang dikenal sebagai sindrom leher teknologi atau tech neck syndrome, yaitu cedera akibat posisi kepala yang condong ke depan dan ke bawah dalam waktu lama.

Gadget

Gejala yang umum terjadi termasuk kekakuan otot dan nyeri leher berkepanjangan, yang disebabkan oleh penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel pintar, tablet, dan komputer.

Pada 2022, setelah berkonsultasi dengan dokter, Wu didiagnosis menderita sindrom tech neck dan fibromyalgia. Ini adalah kondisi yang menyebabkan nyeri otot dan kelelahan kronis. Untuk mengatasi masalahnya, Wu menjalani terapi plasma kaya trombosit (PRP), yang bertujuan mengurangi peradangan dan mempercepat proses penyembuhan.

Wu juga menerima suntikan di area leher dan punggung atas, serta diberi resep obat penstabil saraf dan relaksan otot, yang masih dia konsumsi hingga kini.

Setelah menjalani perawatan tersebut, Wu berhasil pulih dari nyeri lehernya dan kembali bekerja seperti biasa. Dia juga rutin melakukan latihan peregangan ringan dan memperbaiki postur tubuh dalam aktivitas sehari-harinya.

"Pengalaman ini menyadarkan saya bahwa stres dan postur tubuh yang buruk dapat berdampak besar pada kesehatan leher dan punggung, dan bisa menimbulkan masalah serius jika tidak ditangani dengan baik," ujar Wu.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement