“Prakiraan kan sebenarnya hitungan matematik berbasi model global. Namun model global itu kita down scale menjadi model lokal, dan agar akurat kita verifikasi dengan titik-titik observasi yang ada di Indonesia,” ungkap dia.
“Selain titik pengamatan juga ada radar, titik pengamatannya ribuan, radarnya puluhan dan ada satu satelit, sehingga Insya Allah jadi lebih akurat,” tambahnya.
Lebih lanjut, aplikasi IBF ini juga nantinya akan terpisah dengan prakiraan cuaca yang ada di Info BMKG. Untuk proyek percontohan, aplikasi ini baru bisa digunakan untuk wisatawan yang akan berlibur ke Labuan Bajo.
Meski begitu, Dwikorita berjanji ke depannya sejumlah tempat wisata lainnya di Indonesia juga akan masuk dalam aplikasi tersebut. Adapun proyek percontohan aplikasi IBF akan diluncurkan pada November atau Desember tahun ini.
(Rizka Diputra)