BELAKANGAN ini marak kasus gangguan ginjal yang menyebabkan anak harus menjalani tindakan cuci darah. Disinyalir, hal itu disebabkan karena tingginya konsumsi makanan atau minuman pemanis dalam kemasan.
Dokter sekaligus ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen mengatakan, bahaya dalam makanan atau minuman kemasan itu ada bahaya jangka pendek dan panjang. Selain itu, hal ini juga bukan ranah BPOM untuk menjelaskan terkait bahaya makanan atau minuman kemasan, meski BPOM sendiri yang mengeluarkan izin.
“Kita luruskan dulu soal bahaya, kalau dibilang bahaya tentu kita bicara jangka pendek dan jangka panjang, dan kita harus berpikir juga semua yang beredar itu kan sudah dapat izin dari BPOM, tinggal masalahnya adalah itu bukan ranahnya BPOM untuk bisa menjelaskan bahwa kalau kita konsumsi seumur hidup sampai kecanduan, nah apalagi anak-anak, itu tentu bukan ranahnya BPOM,” tutur dr. Tan saat dihubungi, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, dr. Tan menilai bahwa hal ini merupakan peran orang tua untuk bijak dalam memberikan jajanan kepada anaknya.
“Jadi, walaupun katanya sudah dirilis izin oleh BPOM, ini menjadi penting bagi orang tua untuk menjadi lebih bijak apabila memberikan jajanan buat anaknya, itu yang pertama,” ungkapnya.
Selain itu, dr. Tan juga meminta orang tua untuk memberi contoh dalam mengonsumsi makanan atau minuman kemasan.
“Dan yang kedua adalah, orang tuanya sendiri memberi contoh atau tidak, anak-anak terkena dengan macem-macem itu biasanya orang tuanya itu juga pernah, maka orang tuanya itu juga harus menjadi contoh rajin makan makanan rumahan, orang tua generasi z atau milineal sekarang ini dikit-dikit jajan, ya tentu anaknya juga,” jelasnya.
dr. Tan menegaskan bahwa produk makanan atau minuman kemasan memang diciptakan untuk membuat kecanduan, sehingga hal ini harus menjadi perhatian penting bagi orang tua.
“Dan perlu diingat kalau produk selalu diciptakan untuk kecanduan karena tujuannya adalah mencari keuntungan, nah sehat gak sehat ya itu tergantung,” ujarnya.
“Nah masalahnya yang kita tidak sadari makanan yang dikemas itu yang tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia, tetapi kecanduan, nah itu menjadi masalah,” ucapnya.
Terkait pentingnya peran orang tua tersebut, dr. Tan berpesan jangan sampai orang tua memberikan referensi atau kebiasaan yang buruk pada anak.
“Betul, karena yang pegang duit kan orang tuanya. Nah yang jadi masalah adalah ketika dalam taraf belajar anak ini belajar dengan cara yang gak bener, tadi pegang uang orang tuanya memberikan kemasan-kemasan yang tinggi gula, garam dan seterusnya,” ungkapnya.
“Nah, anaknya nanti ketika remaja bisa pegang duit, dia punya referensi adalah apa yang dia sukai sejak kecil,” katanya.
(Leonardus Selwyn)