Secara harfiah, makan bedulang berarti makan menggunakan dulang, yaitu nampan besar berbentuk bundar yang terbuat dari kayu, tembaga, atau seng.
(Foto: dok. Kemenparekraf)
Tradisi makan bedulang diperkirakan muncul seiring perkembangan budaya Melayu (Islam) yang kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Natuna. Makan bedulang tidak hanya sebagai sarana komunikasi antar anggota keluarga, tetapi juga menjadi wadah pendidikan etika secara tidak langsung.
Dalam acara-acara khusus seperti syukuran kelahiran, sunatan, pernikahan, atau upacara adat lainnya, makan bedulang menjadi salah satu rangkaian acara untuk menjamu tamu sekaligus mempererat tali silaturahmi dan memperkuat ikatan sosial.
Keunikan makan bedulang tidak hanya terletak pada cara makannya, tetapi juga pada hidangan yang disajikan. Ini juga menjadi cara bagi masyarakat Natuna untuk melestarikan warisan budaya leluhur juga memperkuat identitas mereka sebagai bagian dari masyarakat Melayu.
(Rizka Diputra)