STUNTING menjadi salah satu masalah yang kasusnya hingga saat ini masih cukup tinggi di Indonesia. Tercatat, pada pertengahan tahun 2023 prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6 persen. Sementara target yang ingin dicapai pemerintah adalah 14 persen pada 2024.
Alhasil pencapaian tersebut harus dilakukan lebih maksimal lagi. Sementara wilayah dan provinsi yang terdampak stunting masih tinggi di Indonesia. Bicara pencegahan stunting, kini tak semata pada anak-anak saja.
Saat ini, intervensi spesifik dalam pencegahan stunting sebelum dan saat kehamilan merupakan agenda prioritas pemerintah untuk mencegah stunting pada anak.
Cara ini, dinilai jauh lebih efektif dibandingkan penanganan setelah bayi lahir. Dokter Spesialis Gizi, dr. Rozana Nurfitri Yulia mengatakan, mencegah kasus stunting tak hanya melihat kebutuhan nutrisi pada anak. Menurutnya, kebutuhan nutrisi justru penting mulai diperhatikan sejak anak masih di dalam kandungan sang ibu.
Karena itulah, dia menilai, penting bagi wanita yang ingin menikah mulai mempersiapkan sedari dini terkait kebutuhan nutrisi untuk kehamilannya kelak.
“Nutrisinya bukan pada anak saja yang harus kita lihat. Jadi ketika ibu atau perempuan yang akan menikah, ketika itu juga nutrisi atau edukasi mengenai nutrisi harus diberikan,” ujar dr.Rozana, dalam webinar Himpunan Dokter Fasyankes Indonesia (HIFDI), yang digelar secara daring, Sabtu, (20/7/2024).
“Karena perempuan menikah itu kalau saya mengistilahkan kalau dia akan menjadi wadah atau seperti tanaman, dan dia adalah tanah di sana. Jadi kalau bibitnya supaya tumbuhnya baik, maka nutrisi unsur haranya harus cukup. Jadi makanan ibu sebelum dia menikah harus dipikirkan,” tuturnya.
Dokter Rozana menilai, kebutuhan nutrisi pada wanita sebelum dan setelah hamil tentu sangat berbeda. Saat hamil, dia akan lebih membutuhkan nutrisi yang lebih, baik bagi si ibu dan si jabang bayi.
Tak sekedar makan, ibu hamil sudah harus mulai ‘aware’ akan pentingnya mengonsumsi makanan bernutrisi. Mulai dari kebutuhan protein hingga asam folat yang penting untuk janin.
“Jadi harus mencukupi kebutuhan proteinnya, kemudian asam folat, jadi ketika dia hamil, dia memiliki cukup nutrisi untuk memberi makan pada janinnya,” tuturnya.
Apalagi, lanjut dr.Rozana, di masa kehamilan, metabolisme wanita akan meningkat, sehingga mereka butuh nutrisi ekstra untuk dirinya dan janin. Dengan begitu, anak yang dilahirkan dengan nutrisi yang cukup selama masih di dalam kandungan sang ibu, berpotensi tercegah dari risiko stunting di kemudian hari.
“Jadi kalau pada kehamilan, terjadi peningkatan metabolisme. Jadi hampir 15 persen metabolisme terjadi saat hamil. Sehingga, kebutuhan nutrisi saat hamil juga harus dicukupkan,” katanya.
Sebagai informasi, stunting merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usia. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.