Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menkes Targetkan Seluruh Provinsi Mampu Operasi Clipping Pada Akhir 2024 demi Mencegah Stroke

Muhammad Sukardi , Jurnalis-Kamis, 04 Juli 2024 |11:00 WIB
Menkes Targetkan Seluruh Provinsi Mampu Operasi Clipping Pada Akhir 2024 demi Mencegah Stroke
Teknologi operasi clipping. (Foto: Ist)
A
A
A

INDONESIA terbuka akan perkembangan teknologi di bidang kesehatan. Makanya, banyak rumah sakit yang kini menawarkan layanan pengobatan dengan melibatkan teknologi, salah satunya operasi clipping untuk mencegah stroke akibat perdarahan di otak.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan menyambut baik adanya tindakan operasi clipping ini yang sejatinya sudah dikerjakan di beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia.

Bahkan, dia pun merespons positif adanya pelatihan microsurgery yang dihadiri 20 dokter bedah saraf dari 20 provinsi hasil kerjasama antara Barrow Neurological Institute (BNI) dengan RS Pusat Otak Nasional Prof Dr dr Mahar Mardjono, Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (PERSPEBSI), dan Aesculap Academy Indonesia.

"Saya menyambut baik pelatihan ini yang merupakan bagian dari program transformasi layanan kesehatan terutama di bidang stroke," ungkap Menkes Budi dalam pernyataan resminya, Rabu 3 Juli 2024.

Dia melanjutkan, saat ini diperlukan teknologi kedokteran untuk mencegah stroke, dan salah satu yang efektif adalah microsurgery seperti operasi clipping.

"Harapan kami, di akhir 2024 seluruh provinsi di Indonesia mampu menangani pembedahan clipping pada kasus aneurisma otak dan angka kejadian stroke karena perdarahan pembuluh darah di otak bisa diturunkan," ujarnya.

Operasi clipping sendiri menurut Dokter Bedah Saraf dari RS Pusat Otak Nasional dr Muhammad Kusdiansah, Sp.BS, adalah prosedur atau metode utama untuk mengatasi aneurisma otak.

Operasi Clipping

"Aneurisma otak adalah suatu kondisi di mana terjadi pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah di otak," kata dr Kusdiansah.

"Bentuknya menyerupai balon yang menggembung keluar dari arteri. Kondisi ini bisa sangat berbahaya jika aneurisma pecah, karena dapat menyebabkan perdarahan di dalam otak yang berpotensi fatal," tuturnya.

Aneurisma otak sering kali tidak menunjukkan gejala sampai terjadi pembesaran yang cukup signifikan atau pecah. Meski begitu, gejala yang mungkin muncul sebelum pecah termasuk sakit kepala parah, penglihatan kabur atau ganda, nyeri di sekitar mata, atau gangguan saraf lainnya.

"Jika aneurisma pecah, gejalanya bisa berupa sakit kepala tiba-tiba yang sangat hebat, mual, muntah, leher kaku, kehilangan kesadaran, bahkan kematian," tulis dr Kusdiansah.

Prosedur operasi clipping dikerjakan dengan harapan menghentikan aliran darah ke aneurisma, sehingga mencegah pecahnya aneurisma di masa depan atau pecah kembali setelah mengalami pendarahan otak.

Pada prosedur ini dokter bedah saraf akan membuat sayatan di kulit kepala dan membuka sebagian kecil tulang tengkorak untuk mengakses otak.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement